Jangan bertanya bagaimana rasanya sakit hati. Jangan pula
bertanya siapa yang membuat hati terasa pedih, perih, dan nyeri.
Sulit diungkapkan, tapi sangat jelas menyayat dada bagian dalam.
Sakit hati adalah sakit dari segala sakit. Mungkin anda pernah
mengalaminya. Sakit hati tidak selalu disebabkan oleh putus
cinta, tetapi bisa juga disebabkan oleh perbedaan pendapat atau
pertentangan dengan teman atau anggota keluarga. Namun, sakit
hati hampir sama rasanya dengan putus cinta, demikian juga
dampaknya.
Siapa pun anda, pasti ingin dicintai, mencintai, dipercayai dan
mempercayai orang lain. Tetapi, ketika sakit hati tiba, sulit
bagi anda untuk kembali memaafkan dan mempercayai orang yang
melakukannya. Bahkan anda mungkin merasa sulit untuk membuka
hati dan perasaan kepada orang lain yang tidak tahu apa-apa.
Ini adalah dilema yang harus dihadapi. Terserah anda, memilih
untuk berjalan sendiri atau melanjutkan hubungan setelah apa
yang terjadi. Satu hal yang pasti, hidup akan terus berjalan
dengan atau tanpa sakit hati.
Berdasarkan pengalaman beberapa sumber dapat disimpulkan bahwa
belajar untuk membuka kembali hati, perasaan cinta dan rasa
percaya kepada orang-orang yang pernah menyakiti anda, merupakan
hal yang penting. Kenapa? Kerana cepat atau lambat, setiap orang
akan menyakiti dan disakiti hatinya.
Oleh sebab itu, akan lebih baik apabila anda menyadari bahwa
tidak ada satu orang pun di dunia ini yang luput dari sakit hati,
termasuk anda. Tanpa bermaksud mengurangi rasa percaya kepada
orang-orang yang anda cintai, ada baiknya anda menyadari bahwa
siapa pun dia, teman biasa, sahabat, pacar atau keluarga dan
sebaik apa pun dia, suatu saat nanti akan menjadi orang yang
menyakiti anda – walaupun mungkin tidak disengaja.
Oleh sebab itu, ada baiknya apabila anda menganggap bahwa mereka
tidak serius dengan ucapannya. Anda bisa menganggapnya angin lalu
atau bisa mengatakan kepada diri bahwa perbuatan mereka
sebenarnya tidak ditujukan kepada anda. Gurau saja, jangan
dimasukkan ke hati.
Belajar untuk bertanggung jawab dan menghargai orang lain juga
sangat penting. Cuba bertanya pada diri, apa yang tidak diinginkan
dalam hubungan anda, apa yang bisa membuat anda sakit hati, dan
apa yang anda ingin orang lain lakukan. Buatlah daftarnya dan cuba
utarakan hal itu kepada orang-orang di sekitar anda. Apabila anda
sakit hati lagi, tidak hanya mengingat cara mengatasi sakit hati
terdahulu, tetapi mencoba keluar dari masalah dan melupakannya
dengan cepat. Hal ini akan sangat membantu. Apabila perlu,
hang-out bersama teman-teman dan alihkan perhatian kepada
pekerjaan atau olah raga.
Anda juga perlu mengetahui bahwa kata kunci untuk menyelamatkan
diri dari sakit hati adalah bukan percaya kepada orang lain tetapi
percaya kepada diri sendiri dan perasaan anda. Ingatlah bahwa
tidak ada jaminan orang lain tidak akan menyakiti perasaan anda.
Berusahalah menjadi orang baik, sopan, bijak, peduli kepada orang
lain dan dapat dipercaya.
Untuk menjadi itu semua, tentu saja anda harus dapat mempercayai
diri sendiri agar anda merasa bebas berbuat dan menentukan
hubungan. Berkomunikasi secara efektif dan lugas sangat penting.
Ungkapkan perasaan anda, apa yang disukai dan apa yang dibenci.
Hal itu sangat membantu orang lain mengerti anda dan berusaha
untuk tidak melakukan tindakan yang mungkin bisa menyakiti
hati anda.
Belajar mempercayai opinion sendiri mengenai diri, tindakan dan
perbuatan anda adalah lebih penting dari mempercayai opinion orang
lain. Bisa jadi anda justru bertambah sakit hati dengan opinion
mereka. Belajarlah untuk percaya dan hargai diri anda sendiri.
Hal paling utama yang harus anda lakukan adalah belajar memaafkan
kesalahan orang lain kerana memaafkan adalah hal paling baik dalam
sebuah hubungan. Dan teruslah selalu berpikir positif terhadap
suatu kritik/tindakan orang lain yang mungkin bisa menyebabkan
anda sakit hati, kerana pikiran positif akan membuat sakit hati
menjadi normal kembali.
Tuesday, July 26, 2011
3 SUMBER PERBUATAN DOSA
Pertama adalah kesombongan (al kibr). Sifat inilah yang dimiliki
oleh Iblis sehingga dia menyimpang ke jalan kesesatan.
Kedua adalah tamak (al hirsh). Sifat inilah yang membuat Adam
keluar dari surga.
Ketiga adalah dengki (al hasad). Sifat inilah yang membuat salah
satu anak Adam membunuh saudaranya.
Ibnul Qoyyim –rahimahullah- mengatakan, “Barangsiapa yang terbebas
dari tiga sifat ini, maka dia akan terlindung dari segala macam
kejelekan. (Ketahuilah), kekafiran itu berasal dari sifat sombong.
Maksiat berasal dari sifat tamak. Sikap melampaui batas dan
kezholiman berasal dari sifat dengki (hasad).”
Itulah faedah berharga dari dokter hati, Ibnu Qoyyim Al Jauziyah.
Sifat sombong inilah yang membuat iblis tetap dalam kekafirannya.
Karena yang namanya sombong kata Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.
Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”
(HR. Muslim). Hadits ini diberi judul oleh An Nawawi dalam
Shahih Muslim: “Bab Haramnya Sifat Sombong dan Penjelasannya.”
Sifat sombong inilah yang membuat seseorang sulit masuk surga
yang penuh kelezatan. Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
“Tidak akan masuk surga yaitu orang yang dalam hatinya terdapat
kesombongan sebesar semut kecil.” (HR. Muslim)
Sifat tamak atau rakus membuat seseorang mudah terjerumus dalam
maksiat. Lihatlah bagaimana Nabi Adam ‘alaihis salam bisa keluar
dari surga, sebabnya adalah memakan tanaman yang haram untuk
dimakan. Maksiat ini berasal dari sifat tamak. Begitu juga
orang mudah terjerumus dalam perzinaan, berdua-duaan dengan
lawan jenis tanpa mahrom, melihat gambar yang tidak layak untuk
dipandang semacam gambar porno; itu semua terjadi karena adanya
sifat tamak pada diri seseorang.
Sedangkan sifat dengki atau iri akan membuat seseorang melampau
batas dan berbuat zholim pada orang lain. Ketika melihat
saudaranya memiliki HP baru atau laptop mewah, dalam hatinya
akhirnya muncul sifat dengki, ingin agar nikmat yang ada pada
saudaranya tadi lenyap dan musnah. Akhirnya berbagai macam cara
dilakukan untuk meraih maksud tadi, entah dengan mencuri bahkan
ada juga sebagian orang yang tega membunuh saudaranya sendiri
karena latar belakang semacam ini.
Itulah 3 sifat yang harus dijauhi setiap muslim. Niscaya dengan
menjaga 3 hal ini, seseorang akan terhindar dari segala macam
kejelekan. Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnul Qoyyim, tiga sifat
buruk inilah sumber segalam macam dosa.
Semoga yang singkat ini dapat melembutkan hati dan bisa menjadi
bahan introspeksi bagi kita sekalian.
Ya Allah, tambahkanlah pada kami ilmu yang bermanfaat. Amin Yaa
Mujibas Sa’ilin.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.
Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi
wa shohbihi sallam.
oleh Iblis sehingga dia menyimpang ke jalan kesesatan.
Kedua adalah tamak (al hirsh). Sifat inilah yang membuat Adam
keluar dari surga.
Ketiga adalah dengki (al hasad). Sifat inilah yang membuat salah
satu anak Adam membunuh saudaranya.
Ibnul Qoyyim –rahimahullah- mengatakan, “Barangsiapa yang terbebas
dari tiga sifat ini, maka dia akan terlindung dari segala macam
kejelekan. (Ketahuilah), kekafiran itu berasal dari sifat sombong.
Maksiat berasal dari sifat tamak. Sikap melampaui batas dan
kezholiman berasal dari sifat dengki (hasad).”
Itulah faedah berharga dari dokter hati, Ibnu Qoyyim Al Jauziyah.
Sifat sombong inilah yang membuat iblis tetap dalam kekafirannya.
Karena yang namanya sombong kata Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.
Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”
(HR. Muslim). Hadits ini diberi judul oleh An Nawawi dalam
Shahih Muslim: “Bab Haramnya Sifat Sombong dan Penjelasannya.”
Sifat sombong inilah yang membuat seseorang sulit masuk surga
yang penuh kelezatan. Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
“Tidak akan masuk surga yaitu orang yang dalam hatinya terdapat
kesombongan sebesar semut kecil.” (HR. Muslim)
Sifat tamak atau rakus membuat seseorang mudah terjerumus dalam
maksiat. Lihatlah bagaimana Nabi Adam ‘alaihis salam bisa keluar
dari surga, sebabnya adalah memakan tanaman yang haram untuk
dimakan. Maksiat ini berasal dari sifat tamak. Begitu juga
orang mudah terjerumus dalam perzinaan, berdua-duaan dengan
lawan jenis tanpa mahrom, melihat gambar yang tidak layak untuk
dipandang semacam gambar porno; itu semua terjadi karena adanya
sifat tamak pada diri seseorang.
Sedangkan sifat dengki atau iri akan membuat seseorang melampau
batas dan berbuat zholim pada orang lain. Ketika melihat
saudaranya memiliki HP baru atau laptop mewah, dalam hatinya
akhirnya muncul sifat dengki, ingin agar nikmat yang ada pada
saudaranya tadi lenyap dan musnah. Akhirnya berbagai macam cara
dilakukan untuk meraih maksud tadi, entah dengan mencuri bahkan
ada juga sebagian orang yang tega membunuh saudaranya sendiri
karena latar belakang semacam ini.
Itulah 3 sifat yang harus dijauhi setiap muslim. Niscaya dengan
menjaga 3 hal ini, seseorang akan terhindar dari segala macam
kejelekan. Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnul Qoyyim, tiga sifat
buruk inilah sumber segalam macam dosa.
Semoga yang singkat ini dapat melembutkan hati dan bisa menjadi
bahan introspeksi bagi kita sekalian.
Ya Allah, tambahkanlah pada kami ilmu yang bermanfaat. Amin Yaa
Mujibas Sa’ilin.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.
Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi
wa shohbihi sallam.
Tuesday, July 19, 2011
15 Ciri Wanita Syurga
1. Bertakwa.
2. Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepada takdir yang
baik mahupun yang buruk.
3. Bersaksi bahawa tiada yang berhak disembah kecuali Allah,
bersaksi bahawa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, mendirikan
solat, menunaikan zakat, berpuasa bulan Ramadan, dan menunaikan
haji bagi yang mampu.
4. Ihsan, iaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihat Allah,
jika dia tidak dapat melihat Allah, dia mengetahui bahawa Allah
melihat dirinya.
5. Ikhlas beribadah semata-mata kepada Allah, tawakal kepada
Allah, mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut terhadap azab Allah,
mengharap rahmat Allah, bertaubat kepada-Nya dan bersabar atas
segala takdir Allah serta mensyukuri segala kenikmatan yang
diberikan kepadanya.
6. Gemar membaca al-Quran dan berusaha memahaminya, berzikir
mengingati Allah ketika sendiri atau bersama orang dan sentiasa
berdoa kepada Allah.
7. Menghidupkan amar makruf dan nahi mungkar pada keluarga dan
masyarakat.
8. Berbuat baik (ihsan) kepada tetangga, anak yatim, fakir
miskin, dan seluruh makhluk, serta berbuat baik terhadap
haiwan ternakan yang dimiliki.
9. Menyambung tali persaudaraan terhadap orang yang
memutuskannya, memberi kepada orang, menahan pemberian kepada
dirinya, dan memaafkan orang yang menzaliminya.
10. Adil dalam segala perkara dan bersikap adil terhadap seluruh
makhluk.
11. Menjaga lisannya daripada perkataan dusta, saksi palsu dan
menceritakan kejelekan orang lain (ghibah).
13. Menepati janji dan amanah yang diberikan kepadanya.
14. Berbakti kepada kedua-dua orang tua.
15. Menyambung silaturahim dengan keluarganya, sahabat terdekat
dan jauh.
2. Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepada takdir yang
baik mahupun yang buruk.
3. Bersaksi bahawa tiada yang berhak disembah kecuali Allah,
bersaksi bahawa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, mendirikan
solat, menunaikan zakat, berpuasa bulan Ramadan, dan menunaikan
haji bagi yang mampu.
4. Ihsan, iaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihat Allah,
jika dia tidak dapat melihat Allah, dia mengetahui bahawa Allah
melihat dirinya.
5. Ikhlas beribadah semata-mata kepada Allah, tawakal kepada
Allah, mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut terhadap azab Allah,
mengharap rahmat Allah, bertaubat kepada-Nya dan bersabar atas
segala takdir Allah serta mensyukuri segala kenikmatan yang
diberikan kepadanya.
6. Gemar membaca al-Quran dan berusaha memahaminya, berzikir
mengingati Allah ketika sendiri atau bersama orang dan sentiasa
berdoa kepada Allah.
7. Menghidupkan amar makruf dan nahi mungkar pada keluarga dan
masyarakat.
8. Berbuat baik (ihsan) kepada tetangga, anak yatim, fakir
miskin, dan seluruh makhluk, serta berbuat baik terhadap
haiwan ternakan yang dimiliki.
9. Menyambung tali persaudaraan terhadap orang yang
memutuskannya, memberi kepada orang, menahan pemberian kepada
dirinya, dan memaafkan orang yang menzaliminya.
10. Adil dalam segala perkara dan bersikap adil terhadap seluruh
makhluk.
11. Menjaga lisannya daripada perkataan dusta, saksi palsu dan
menceritakan kejelekan orang lain (ghibah).
13. Menepati janji dan amanah yang diberikan kepadanya.
14. Berbakti kepada kedua-dua orang tua.
15. Menyambung silaturahim dengan keluarganya, sahabat terdekat
dan jauh.
Friday, July 15, 2011
Gangguan Syaitan: Antara Syirik Dan Sunnah
Sakit dan ketidak-ketenteraman yang terhasil dari gangguan
syaitan bukan lagi sesuatu yang asing di dalam masyarakat
kita. Walaupun masyarakat barat di masakini langsung tidak
mempercayai kewujudan syaitan, apalagi mempercayai kesan
buruk yang boleh diberikan syaitan kepada manusia, namun
bukti yang 'membanjiri' mereka, hatta bukti yang datang
secara saintifik, memaksa mereka mula untuk mengkaji dan
mempercayai hal ini.
Keadaan ini mengingatkan penulis bahawa suatu ketika dahulu,
saintis psikologi tidak mempercayai wujudnya fikiran
kognitif, namun kehadiran psikologi kognitif telah
menyangkal idea mereka secara mutlak. Begitu juga halnya
dengan alam ghaib, atas bukti yang melampau banyaknya,
tidak mustahil suatu hari nanti mereka akan menerimanya
secara total.
Berbalik kepada tajuk asal kita. Apabila seorang dari kita
diganggu jin atau syaitan, pada kebiasaannya kita akan
merujuk kepada golongan-golongan yang lebih tahu di dalam
selok belok hal ini, iaitu biasanya golongan ustaz. Penulis
teringat kisah-kisah orang terdahulu, yang memandang segala
bacaan atau teknik yang digunakan golongan ini langsung tidak
akan dipersoal, kerana bagaimana carapun yang mereka gunakan,
akan diterima oleh orang awam, atas nama 'ikhtiar'.
Alhamdulillah, kini telah wujud ramai golongan yang mula
khuatir dengan kemurniaan aqidah mereka, adakah teknik
perubatan yang digunakan oleh si fulan bertepatan dengan
kehendak Al-Quran dan Sunnah yang sahih? Adakah teknik yang
mereka gunakan tidak terlibat dengan najis syirik? Bagaimana
impak teknik yang bercampur gaul dengan syirik itu ke atas
keimanan kita?
Maka persoalan-persoalan inilah yang akan cuba dikupaskan
di sini. Penulis juga akan turut membawakan beberapa isu
lain yang dipandang berkaitan dengan perihal ini.
1) Pastikan bahawa sakit itu adalah sakit yang berpunca
dari jin dan syaitan.
Ini merupakan perkara asas yang perlu dilakukan. Jikalau
ada tanda-tanda sakit seperti batuk yang tidak terhenti,
muntah tanpa diketahui punca, atau dengan kata-kata lain,
tanda-tanda sakit yang mungkin juga berpunca dari sakit
fizikal yang normal, cubalah bawakan dahulu berjumpa doctor,
kerana jikalau sakit itu sakit fizikal, buruk padahnya jika
lambat diubati. Hal ini penulis pandang sangat-sangat penting,
kerana ramai penulis berjumpa orang yang asal sakit sedikit,
'ada orang buat', demam lambat sembuh, 'ada orang dengki lah
tu', dan sebagainya. Akhirnya sakit yang ringan menjadi
bertambah berat dan sampai ke tahap yang sukar diubati lagi.
Namun jikalau sakit itu benar-benar nyata keanehannya, seperti
tanda kena cakar dan berdarah, muntahkan paku atau miang buluh,
maka itu jelas perbuatan sihir. Yang penulis maksudkan di atas
ialah tanda-tanda yang ada kemungkinan sakit fizikal.
Suka diingatkan di sini, hal-hal seperti ternampak lembaga yang
menakutkan, atau mendengar bisikan-bisikan suara, itu juga ada
kemungkinannya memerlukan perhatian pakar minda, seperti ahli
psikologi. Pernah penulis terserempak dengan kes seorang pemuda
berumur 15 tahun, yang asyik berkata dia nampak makhluk-makhluk
dengan wajah yang menakutkan, dan dipercayai dia diganggu jin.
Maka penulis menasihatinya berjumpa dengan pakar psikologi
klinikal, dan alhamdulillah setelah mengambil ubat yang
diberikan, fikirannya telah kembali seperti biasa, tanpa perlu
bantuan 'bomoh' dan sebagainya. Tambahan pula, pelbagai bomoh
telah dia upah, akhirnya ribuan ringgit habis dan penyakitnya
tidak juga pulih!
Jikalau sudah pasti sakit tersebut bukanlah sakit fizikal atau
mental, maka sakit itu besar kemungkinannya datang daripada
gangguan anak cucu Iblis. Antara kesan-kesan daripada gangguan
iblis dan syaitan adalah:
i) rasa tidak tenang hati, selalu rasa serba tidak kena.
ii) rasa takut yang tidak diketahui puncanya.
iii) Terlalu sukar untuk bangun solat.
iv) Jikalau sudah bersuami isteri, terasa tidak senang
apabila bersama.
v) Selalu rasa cenderung kepada marah, walaupun tiada apa
untuk dimarahkan.
Jikalau terdapat wujudnya tanda-tanda ini, maka ada
kemungkinannya gangguan telah bermula.
2) Melawan sihir dengan sihir.
Jika ada di antara kita yang sakit, dan dibawakan kepada bomoh
yang nyata-nyata menggunakan sihir di dalam berubat, maka ini
adalah haram hukumnya. Kerana sihir itu termasuk di dalam
amalan syirik, kerana sihir menggunakan perantaraan jin/syaitan
di dalam berubat. Bagi orang awam, antara tanda-tanda bahawa
si pengubat menggunakan sihir adalah:-
i) Pesakit dinasihati supaya menjauhkan diri dari air selama
mana dia sakit. Ini jelas teknik sihir, kerana syaitan mahu
menjauhkan kita dari wuduk dan mandi hadas, dan apabila kita
tidak boleh berwuduk atau mandi hadas, jelas kita akan
meninggalkan solat yang wajib!
ii) Menggunakan kemeyan dan asap. Sama sekali tidak ada di
dalam teknik perubatan Rasulullah saw. Kaedah perubatan cara
baginda S.A.W akan diterangkan di bahagian akhir artikel ini.
iii) Menggunakan jampi serapah yang tidak difahami. Khususnya
jikalau si pengubat menggunakan perkataan seperti 'ya rijaalul
ghaib' (wahai orang-orang ghaib!) dan juga 'ya arawaahal
muqaddasah' (wahai roh-roh yang suci). Juga bukan dari kaedah
Baginda Rasulullah S.A.W, kerana haram kita memohon pertolongan
dari yang ghaib, selain Allah S.W.T.
iv) Meminta pengeras seperti telur ayam, ayam panggang, pulut
kuning dan sebagainya.
Jikalau ada tanda-tanda di atas, maka jauhilah daripada
meneruskan perubatan dengan orang tersebut.
Suka juga penulis ingatkan, selain daripada kaedah yang
digunakan si pengubat, adalah penting bagi kita untuk melihat
kepada keperibadian si pengubat itu sendiri. Jika amalan
hariannya kita lihat sesuai dengan amalan Rasul S.A.W, seperti
kerap berpuasa, solat sunat yang banyak, banyak berfikir
tentang selok-belok agama, suka mengajarkan ilmu agama kepada
orang lain, fasih membaca Al-Quran, bahkan memahami dan
selalu menceritakan isi kandungannya kepada orang lain,
menghayatinya, menyintai sunnah Nabi S.A.W, maka insya-Allah,
dia adalah pengubat yang baik.
Sekiranya si pengubat rokok sentiasa di tangan, solat
mengajinya jarang dilihat, jampi serapahnya sukar difahami,
bunyinya pun karut marut, maka lebih baik dijauhi.
3) Hukum berubat dengan pengubat yang kita tidak tahu amalannya
baik atau buruk, dan tidak diketahui kaedahnya sunnah atau tidak.
Ketika seorang daripada kita sedang sakit teruk, dan dibawakan
kepada seseorang yang tidak kita ketahui bagaimana kaedahnya,
adakah sunnah atau tidak, maka ini hukumnya HARUS, kerana kata
ulama', kita di dalam keadaan darurat, sakit, takkan pula
ketika itu kita sibuk menyuruh si pengubat bacakan jampinya
bagi kita memastikan betul salahnya. Maka keadaan ini, harus
hukumnya untuk berubat dengannya, dan kesalahannya, andaikata
dia beramal dengan jampi yang salah, maka dosanya adalah di
atas diri pengubat.
Terdapat si pengubat yang baru sahaja kita melangkah masuk ke
rumahnya, dia terus berkata 'aku tahu apa yang telah terjadi
pada engkau', sekiranya begitu sudah sah dan pasti pengubat
tersebut adalah pengamal sihir. Kerana hatta Rasulullah S.A.W
sendiri tidak tahu perkara ghaib seperti itu. Kerana itu jelas
kita melihat di dalam sirah, tanpa pemberitahuan dari Jibrail
as, Rasulullah S.A.W tidak akan tahu siapakah orang munafik di
antara pengikutnya!
Ini kerana bomoh atau tukang tilik mengetahui perkara ghaib
dari perkhabaran qarin, iaitu syaitan yang mendampingi kita
setiap waktu. Di dalam hadis sahih bukhari, Rasulullah saw
bersabda,
"Wahai Aisyah! Syaitanmu telah membuatmu berasa demikian",
tanya Aisyah, "bersamaku ada syaitan?" Jawab baginda S.A.W,
"Ya". Tanya Aisyah, "Adakah bersama semua manusia ada syaitan
pendamping (qarin)?", jawab baginda saw, "Ya". Tanya Aisyah
lagi, "Engkau juga ya Rasulullah?", jawab Rasulullah S.A.W.
"Ya, tetapi dengan izin Allah aku terpelihara dari kejahatannya".
Qarin, atau syaitan pendamping inilah yang berhubungan dengan
bomoh, iaitu qarinnya berhubung dengan qarin si pesakit, dari
situlah bomoh mengetahui hal-hal yang telah terjadi kepada
pesakit. Maka dengan ini, tahulah kita bahawa tipu daya
syaitan itu sebenarnya lemah.
5) Kaedah perubatan Rasulullah S.A.W.
Di antara cara Rasulullah S.A.W bagi mengubati gangguan jin
dan syaitan adalah:-
i) Membaca surah Al-Baqarah ke telinga si pesakit. Baringkan
si pesakit dan bacakan surah Al-Baqarah di telinganya, kerana
syaitan sangat takut kepada surah Al-Baqarah. Sabda Nabi saw
di dalam musnad Ahmad Hanbal, "Janganlah jadikan rumah kamu
sunyi seperti kuburan. Rumah yang dibacakan surah Al-Baqarah
tidak akan dimasuki syaitan".
ii) Membacakan surah Al-Falaq dan An-Naas, dan menyuruh
pesakit mengamalkannya, seperti mana kita lihat di dalam
hadis di atas.
iii) Membaca "a'uzu bikalimaatillah at-taammah, min syarrima
khalaq", iaitu aku berlindung dengan kalam Allah, daripada
kejahatan yang Dia ciptakan. Ini merupakan amalan yang diajarkan
kepada Rasulullah saw kepada para sahabat. Juga dari amalan
sunnah banyak membaca "A'uzubillahi minas syaitaanir rajiim".
iv) Membacakan Ayat Kursi sebelum tidur. Kata syaitan sendiri
kepada Abu Hurairah ra, "Sesiapa yang membacakan Ayat Kursi
setiap kali sebelum tidur, maka dia tidak akan dihampiri syaitan
hingga ke pagi", dan amalan ini disahihkan oleh Rasulullah S.A.W.
v) Membacakan jampi Jibrail as ke atas pesakit, iaitu
"Bismillahi arkiq, min kulli syai'in yukziq, wa min kulli
sharrin haasid, Allahu yushfiq, bismillahi arkiq", yang
bermaksud, "Dengan nama Allah aku jampikan engkau, dari segala
apa yang mengganggu dirimu, dan dari segala kejahatan orang
yang dengki, Allah lah yang menyembuhkan kamu, dengan nama
Allah aku jampikan engkau". Jampi ini dibacakan Jibrail as
ketika nabi terkena sihir, dan Rasulullah S.A.W sembuh setelah
sekali bacaan. Jampi ini juga boleh dibacakan ke atas air, dan
diberikan kepada pesakit untuk mandi dan minum.
vi) Menggunakan daun bidara untuk dijadikan air mandi kepada
pesakit, atau diberikan kepada pesakit untuk di hidu. Kaedah ini
dipelopori oleh Ibnu Taimiyah. Ini kerana beliau mendapati jin
amat alah kepada bau daun bidara. Kaedahnya, ikatkan sedikit
daun bidara kepada batu-batu kecil, dan rendamkan di dalam botol
berisi air. Ambil sedikit air dari botol dan dicampurkan di
dalam air mandian, paling kurang selama seminggu.
vii) Mencari punca sihir, sepertimana di dalam hadis, dan
menghapuskannya. Ini merupakan kaedah yang paling berkesan di
dalam mengubati sihir.
viii) Adapun cara yang terakhir tetapi juga terpenting, adalah
si pesakit menyemak semula amalan dan disiplin dirinya menurut
Islam. Jikalau ada di dalam hati perasaan hasad, dengki, enggan
menutup aurat dan sebagainya, maka perbaikilah segera. Ini kerana
syaitan, menurut Imam Ahmad Hanbal adalah seperti anjing yang
kelaparan. Jika di tangan kita ada tulang dan daging, berapa kali
kita halaupun anjing itu, ia akan datang kembali, kerana
kegemarannya ada pada kita. Begitu juga syaitan. Syirik, bidaah,
hasad dan sebagainya, adalah kegemaran syaitan, maka betapa baik
si pengubat atau kaedah yang digunakan, jikalau si pesakit sendiri
enggan berubah, maka tidak hairan jikalau gangguan datang semula.
Sesungguhnya tiada nasihat yang lebih baik dari perkataan
Rasulullah S.A.W, dan tiada sunnah yang lebih baik dari sunnah
Rasulullah S.A.W. Bagindalah sebaik-baik bapa, sebaik-baik suami,
sebaik-baik jeneral peperangan, sebaik-baik guru, sebaik-baik
pemimpin, sebaik-sebaik sahabat, dan sebaik-baik ciptaan.
Dengan bantuan Al-Quran dan sunnah yang sahih, insya-Allah
segala gangguan dapat kita hindari.
Ya Allah, jauhilah kami dari gangguan Iblis dan anak cucunya,
laknatilah mereka, dan jauhilah mereka dari hamba-Mu yang soleh.
Ya Allah, tingkatkanlah kecintaan dan kefahaman kami kepada
sunnah Muhammad S.A.W, leraikan prasangka kami terhadapnya
andai ada, berikanlah kami kefahaman tentangnya dan jauhilah
kami dari kejahilan tentangnya.
syaitan bukan lagi sesuatu yang asing di dalam masyarakat
kita. Walaupun masyarakat barat di masakini langsung tidak
mempercayai kewujudan syaitan, apalagi mempercayai kesan
buruk yang boleh diberikan syaitan kepada manusia, namun
bukti yang 'membanjiri' mereka, hatta bukti yang datang
secara saintifik, memaksa mereka mula untuk mengkaji dan
mempercayai hal ini.
Keadaan ini mengingatkan penulis bahawa suatu ketika dahulu,
saintis psikologi tidak mempercayai wujudnya fikiran
kognitif, namun kehadiran psikologi kognitif telah
menyangkal idea mereka secara mutlak. Begitu juga halnya
dengan alam ghaib, atas bukti yang melampau banyaknya,
tidak mustahil suatu hari nanti mereka akan menerimanya
secara total.
Berbalik kepada tajuk asal kita. Apabila seorang dari kita
diganggu jin atau syaitan, pada kebiasaannya kita akan
merujuk kepada golongan-golongan yang lebih tahu di dalam
selok belok hal ini, iaitu biasanya golongan ustaz. Penulis
teringat kisah-kisah orang terdahulu, yang memandang segala
bacaan atau teknik yang digunakan golongan ini langsung tidak
akan dipersoal, kerana bagaimana carapun yang mereka gunakan,
akan diterima oleh orang awam, atas nama 'ikhtiar'.
Alhamdulillah, kini telah wujud ramai golongan yang mula
khuatir dengan kemurniaan aqidah mereka, adakah teknik
perubatan yang digunakan oleh si fulan bertepatan dengan
kehendak Al-Quran dan Sunnah yang sahih? Adakah teknik yang
mereka gunakan tidak terlibat dengan najis syirik? Bagaimana
impak teknik yang bercampur gaul dengan syirik itu ke atas
keimanan kita?
Maka persoalan-persoalan inilah yang akan cuba dikupaskan
di sini. Penulis juga akan turut membawakan beberapa isu
lain yang dipandang berkaitan dengan perihal ini.
1) Pastikan bahawa sakit itu adalah sakit yang berpunca
dari jin dan syaitan.
Ini merupakan perkara asas yang perlu dilakukan. Jikalau
ada tanda-tanda sakit seperti batuk yang tidak terhenti,
muntah tanpa diketahui punca, atau dengan kata-kata lain,
tanda-tanda sakit yang mungkin juga berpunca dari sakit
fizikal yang normal, cubalah bawakan dahulu berjumpa doctor,
kerana jikalau sakit itu sakit fizikal, buruk padahnya jika
lambat diubati. Hal ini penulis pandang sangat-sangat penting,
kerana ramai penulis berjumpa orang yang asal sakit sedikit,
'ada orang buat', demam lambat sembuh, 'ada orang dengki lah
tu', dan sebagainya. Akhirnya sakit yang ringan menjadi
bertambah berat dan sampai ke tahap yang sukar diubati lagi.
Namun jikalau sakit itu benar-benar nyata keanehannya, seperti
tanda kena cakar dan berdarah, muntahkan paku atau miang buluh,
maka itu jelas perbuatan sihir. Yang penulis maksudkan di atas
ialah tanda-tanda yang ada kemungkinan sakit fizikal.
Suka diingatkan di sini, hal-hal seperti ternampak lembaga yang
menakutkan, atau mendengar bisikan-bisikan suara, itu juga ada
kemungkinannya memerlukan perhatian pakar minda, seperti ahli
psikologi. Pernah penulis terserempak dengan kes seorang pemuda
berumur 15 tahun, yang asyik berkata dia nampak makhluk-makhluk
dengan wajah yang menakutkan, dan dipercayai dia diganggu jin.
Maka penulis menasihatinya berjumpa dengan pakar psikologi
klinikal, dan alhamdulillah setelah mengambil ubat yang
diberikan, fikirannya telah kembali seperti biasa, tanpa perlu
bantuan 'bomoh' dan sebagainya. Tambahan pula, pelbagai bomoh
telah dia upah, akhirnya ribuan ringgit habis dan penyakitnya
tidak juga pulih!
Jikalau sudah pasti sakit tersebut bukanlah sakit fizikal atau
mental, maka sakit itu besar kemungkinannya datang daripada
gangguan anak cucu Iblis. Antara kesan-kesan daripada gangguan
iblis dan syaitan adalah:
i) rasa tidak tenang hati, selalu rasa serba tidak kena.
ii) rasa takut yang tidak diketahui puncanya.
iii) Terlalu sukar untuk bangun solat.
iv) Jikalau sudah bersuami isteri, terasa tidak senang
apabila bersama.
v) Selalu rasa cenderung kepada marah, walaupun tiada apa
untuk dimarahkan.
Jikalau terdapat wujudnya tanda-tanda ini, maka ada
kemungkinannya gangguan telah bermula.
2) Melawan sihir dengan sihir.
Jika ada di antara kita yang sakit, dan dibawakan kepada bomoh
yang nyata-nyata menggunakan sihir di dalam berubat, maka ini
adalah haram hukumnya. Kerana sihir itu termasuk di dalam
amalan syirik, kerana sihir menggunakan perantaraan jin/syaitan
di dalam berubat. Bagi orang awam, antara tanda-tanda bahawa
si pengubat menggunakan sihir adalah:-
i) Pesakit dinasihati supaya menjauhkan diri dari air selama
mana dia sakit. Ini jelas teknik sihir, kerana syaitan mahu
menjauhkan kita dari wuduk dan mandi hadas, dan apabila kita
tidak boleh berwuduk atau mandi hadas, jelas kita akan
meninggalkan solat yang wajib!
ii) Menggunakan kemeyan dan asap. Sama sekali tidak ada di
dalam teknik perubatan Rasulullah saw. Kaedah perubatan cara
baginda S.A.W akan diterangkan di bahagian akhir artikel ini.
iii) Menggunakan jampi serapah yang tidak difahami. Khususnya
jikalau si pengubat menggunakan perkataan seperti 'ya rijaalul
ghaib' (wahai orang-orang ghaib!) dan juga 'ya arawaahal
muqaddasah' (wahai roh-roh yang suci). Juga bukan dari kaedah
Baginda Rasulullah S.A.W, kerana haram kita memohon pertolongan
dari yang ghaib, selain Allah S.W.T.
iv) Meminta pengeras seperti telur ayam, ayam panggang, pulut
kuning dan sebagainya.
Jikalau ada tanda-tanda di atas, maka jauhilah daripada
meneruskan perubatan dengan orang tersebut.
Suka juga penulis ingatkan, selain daripada kaedah yang
digunakan si pengubat, adalah penting bagi kita untuk melihat
kepada keperibadian si pengubat itu sendiri. Jika amalan
hariannya kita lihat sesuai dengan amalan Rasul S.A.W, seperti
kerap berpuasa, solat sunat yang banyak, banyak berfikir
tentang selok-belok agama, suka mengajarkan ilmu agama kepada
orang lain, fasih membaca Al-Quran, bahkan memahami dan
selalu menceritakan isi kandungannya kepada orang lain,
menghayatinya, menyintai sunnah Nabi S.A.W, maka insya-Allah,
dia adalah pengubat yang baik.
Sekiranya si pengubat rokok sentiasa di tangan, solat
mengajinya jarang dilihat, jampi serapahnya sukar difahami,
bunyinya pun karut marut, maka lebih baik dijauhi.
3) Hukum berubat dengan pengubat yang kita tidak tahu amalannya
baik atau buruk, dan tidak diketahui kaedahnya sunnah atau tidak.
Ketika seorang daripada kita sedang sakit teruk, dan dibawakan
kepada seseorang yang tidak kita ketahui bagaimana kaedahnya,
adakah sunnah atau tidak, maka ini hukumnya HARUS, kerana kata
ulama', kita di dalam keadaan darurat, sakit, takkan pula
ketika itu kita sibuk menyuruh si pengubat bacakan jampinya
bagi kita memastikan betul salahnya. Maka keadaan ini, harus
hukumnya untuk berubat dengannya, dan kesalahannya, andaikata
dia beramal dengan jampi yang salah, maka dosanya adalah di
atas diri pengubat.
Terdapat si pengubat yang baru sahaja kita melangkah masuk ke
rumahnya, dia terus berkata 'aku tahu apa yang telah terjadi
pada engkau', sekiranya begitu sudah sah dan pasti pengubat
tersebut adalah pengamal sihir. Kerana hatta Rasulullah S.A.W
sendiri tidak tahu perkara ghaib seperti itu. Kerana itu jelas
kita melihat di dalam sirah, tanpa pemberitahuan dari Jibrail
as, Rasulullah S.A.W tidak akan tahu siapakah orang munafik di
antara pengikutnya!
Ini kerana bomoh atau tukang tilik mengetahui perkara ghaib
dari perkhabaran qarin, iaitu syaitan yang mendampingi kita
setiap waktu. Di dalam hadis sahih bukhari, Rasulullah saw
bersabda,
"Wahai Aisyah! Syaitanmu telah membuatmu berasa demikian",
tanya Aisyah, "bersamaku ada syaitan?" Jawab baginda S.A.W,
"Ya". Tanya Aisyah, "Adakah bersama semua manusia ada syaitan
pendamping (qarin)?", jawab baginda saw, "Ya". Tanya Aisyah
lagi, "Engkau juga ya Rasulullah?", jawab Rasulullah S.A.W.
"Ya, tetapi dengan izin Allah aku terpelihara dari kejahatannya".
Qarin, atau syaitan pendamping inilah yang berhubungan dengan
bomoh, iaitu qarinnya berhubung dengan qarin si pesakit, dari
situlah bomoh mengetahui hal-hal yang telah terjadi kepada
pesakit. Maka dengan ini, tahulah kita bahawa tipu daya
syaitan itu sebenarnya lemah.
5) Kaedah perubatan Rasulullah S.A.W.
Di antara cara Rasulullah S.A.W bagi mengubati gangguan jin
dan syaitan adalah:-
i) Membaca surah Al-Baqarah ke telinga si pesakit. Baringkan
si pesakit dan bacakan surah Al-Baqarah di telinganya, kerana
syaitan sangat takut kepada surah Al-Baqarah. Sabda Nabi saw
di dalam musnad Ahmad Hanbal, "Janganlah jadikan rumah kamu
sunyi seperti kuburan. Rumah yang dibacakan surah Al-Baqarah
tidak akan dimasuki syaitan".
ii) Membacakan surah Al-Falaq dan An-Naas, dan menyuruh
pesakit mengamalkannya, seperti mana kita lihat di dalam
hadis di atas.
iii) Membaca "a'uzu bikalimaatillah at-taammah, min syarrima
khalaq", iaitu aku berlindung dengan kalam Allah, daripada
kejahatan yang Dia ciptakan. Ini merupakan amalan yang diajarkan
kepada Rasulullah saw kepada para sahabat. Juga dari amalan
sunnah banyak membaca "A'uzubillahi minas syaitaanir rajiim".
iv) Membacakan Ayat Kursi sebelum tidur. Kata syaitan sendiri
kepada Abu Hurairah ra, "Sesiapa yang membacakan Ayat Kursi
setiap kali sebelum tidur, maka dia tidak akan dihampiri syaitan
hingga ke pagi", dan amalan ini disahihkan oleh Rasulullah S.A.W.
v) Membacakan jampi Jibrail as ke atas pesakit, iaitu
"Bismillahi arkiq, min kulli syai'in yukziq, wa min kulli
sharrin haasid, Allahu yushfiq, bismillahi arkiq", yang
bermaksud, "Dengan nama Allah aku jampikan engkau, dari segala
apa yang mengganggu dirimu, dan dari segala kejahatan orang
yang dengki, Allah lah yang menyembuhkan kamu, dengan nama
Allah aku jampikan engkau". Jampi ini dibacakan Jibrail as
ketika nabi terkena sihir, dan Rasulullah S.A.W sembuh setelah
sekali bacaan. Jampi ini juga boleh dibacakan ke atas air, dan
diberikan kepada pesakit untuk mandi dan minum.
vi) Menggunakan daun bidara untuk dijadikan air mandi kepada
pesakit, atau diberikan kepada pesakit untuk di hidu. Kaedah ini
dipelopori oleh Ibnu Taimiyah. Ini kerana beliau mendapati jin
amat alah kepada bau daun bidara. Kaedahnya, ikatkan sedikit
daun bidara kepada batu-batu kecil, dan rendamkan di dalam botol
berisi air. Ambil sedikit air dari botol dan dicampurkan di
dalam air mandian, paling kurang selama seminggu.
vii) Mencari punca sihir, sepertimana di dalam hadis, dan
menghapuskannya. Ini merupakan kaedah yang paling berkesan di
dalam mengubati sihir.
viii) Adapun cara yang terakhir tetapi juga terpenting, adalah
si pesakit menyemak semula amalan dan disiplin dirinya menurut
Islam. Jikalau ada di dalam hati perasaan hasad, dengki, enggan
menutup aurat dan sebagainya, maka perbaikilah segera. Ini kerana
syaitan, menurut Imam Ahmad Hanbal adalah seperti anjing yang
kelaparan. Jika di tangan kita ada tulang dan daging, berapa kali
kita halaupun anjing itu, ia akan datang kembali, kerana
kegemarannya ada pada kita. Begitu juga syaitan. Syirik, bidaah,
hasad dan sebagainya, adalah kegemaran syaitan, maka betapa baik
si pengubat atau kaedah yang digunakan, jikalau si pesakit sendiri
enggan berubah, maka tidak hairan jikalau gangguan datang semula.
Sesungguhnya tiada nasihat yang lebih baik dari perkataan
Rasulullah S.A.W, dan tiada sunnah yang lebih baik dari sunnah
Rasulullah S.A.W. Bagindalah sebaik-baik bapa, sebaik-baik suami,
sebaik-baik jeneral peperangan, sebaik-baik guru, sebaik-baik
pemimpin, sebaik-sebaik sahabat, dan sebaik-baik ciptaan.
Dengan bantuan Al-Quran dan sunnah yang sahih, insya-Allah
segala gangguan dapat kita hindari.
Ya Allah, jauhilah kami dari gangguan Iblis dan anak cucunya,
laknatilah mereka, dan jauhilah mereka dari hamba-Mu yang soleh.
Ya Allah, tingkatkanlah kecintaan dan kefahaman kami kepada
sunnah Muhammad S.A.W, leraikan prasangka kami terhadapnya
andai ada, berikanlah kami kefahaman tentangnya dan jauhilah
kami dari kejahilan tentangnya.
Thursday, July 14, 2011
Rindunya...
Ramadan kini tiba. Hati mukmin tidak sabar lagi untuk mengambil
peluang semaksima mungkin dibulan yang berkat ini demi
mendapatkan bekalan iman dan meningkatkan diri. Dihujung
Syaaban, Rasulullah saw berkhutbah mengingatkan para Sahabat
ra tentang Ramadan. Di sini saya mengambil kesempatan
mengingatkan diri saya dan kita sekelian berkenaan Ramadan
dan persiapan untuk memasukkinya.
Kita memasuki bulan berkat dimana pahala dilipatkali gandakan
bagi mereka yang mengharap ganjaran dan keredhaan Allah swt.
Dengan ini hamba-hambaNya semakin bertaqarrub kepadaNya dan
lebih berpeluang memasuki Syurga yang disediakan Allah swt.
Dari Qutaibah, dari Ismail bin Jaafar dari Abi Suhail, dari
ayahnya dari Abu Hurairah ra. sabda Rasulullah saw bermaksud,
"Apabila datang Ramadan, dibukakan pintu-pintu Syurga"
(Hadis sahih riwayat Al-Bukhari).
Dengan berpuasa, kita menahan diri dari makan, minum, hubungan
suami isteri, menjaga lidah, pemandangan dan hati hanya semata-
mata kerana Allah. Oleh itu Allah sendiri yang akan membalasnya.
Sabda Rasulullah saw bermaksud, "Sesiapa yang mendirikan (solat
dan ibadah) di malam Lailatul Qadar dengan penuh iman dan
mengharap ganjaran Allah, diampunkan dosa-dosanya yang telah
lalu. Sesiapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan penuh iman
dan mengharap ganjaran Allah, diampunkan dosa-dosanya yang telah
lalu" (Hadis sahih riwayat Al-Bukhari).
Didalam Ramadan, kita melipatgandakan ibadah solat kita, dan
lebih membiasakan diri kita mendampingi surau, masjid dan para
jemaah didalamnya yang beriman. Sabda Rasulullah saw berkenaan
Ramadan bermaksud, "Sesiapa yang mendirikan (solat Tarawih) di
bulan Ramadan, dengan penuh keimanan dan mengharap ganjaran
Allah, diampunkan untuknya akan kesalahan yang telah dikerjakannya"
(Hadis sahih riwayat Al-Bukhari).
Ramadan mengajar kita erti persaudaraan dan kesatuan umat Islam.
Dari Ibnu Syahab, dari Urwah bin Az-Zubair, dari Abdul Rahman bin
Abdul Al-Qari' berkata: Aku keluar bersama Umar Al-Khattab ra
pada suatu malam Ramadan ke masjid dan mendapati orang ramai
bersolat sendiri-sendiri dan berselerakan. Ada yang bersolat
sendirian. Ada yang bersolat diikuti beberapa orang. Umar ra
berkata bermaksud, "Aku lihat jika dikumpulkan mereka dibawah
seorang imam, itu adalah lebih baik". Kemudian beliau
melaksanakannya dan mengumpulkan orang ramai (bersolat) diimami
oleh Ubay bin Kaab ra. Pada suatu malam yang berikutnya, aku
pergi bersamanya ke masjid dan melihat orang ramai bersolat di
belakang seorang imam mereka. Umar ra berkata, "Alangkah
baiknya bid'ah ini"... (Hadis sahih riwayat Al-Bukhari).
Ramadan adalah bulan Al-Quran dimana Al-Quran diturunkan Allah
swt pada bulan tersebut. Jibril menyemak bacaan dan hafazan
Al-Quran Nabi saw dijuga dibulan ini. Oleh itu kita jadikanlah
bulan ini bulan yang lebih meriah bagi kita bersama Al-Quran,
dengan membacanya dan melaksanakan ajaran-ajaran yang terkandung
didalamnya. Ramadan adalah bulan bersedeqah, berkasih sayang
sesama umat Islam dan makhluk Allah swt. Kita perbanyakkanlah
bersedekah dan menjamu orang lain. Ibnu Abbas ra berkata
bermaksud, "Adalah Nabi saw orang yang paling pemurah dengan
kebaikan. Dia saw. lebih pemurah lagi di dalam bulan Ramadan
apabila didatangi oleh malaikat Jibril. adalah Jibril bertemu
Nabi saw tiap malam di bulan Ramadan sehingga pagi dan
mengemukakan Al-Quran kepada Nabi saw. Apabila Nabi saw bertemu
Jibril, Baginda saw menjadi lebih pemurah dari angin yang bertiup"
(Hadis sahih riwayat Al-Bukhari).
"Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Quran pada malam Lailatul Qadr.
tahukah kamu apakah malam Lailatul Qadr. Malam Lailatul Qadr
lebih baik dari 1000 bulan. Malaikat dan ruh turun pada malam
itu dengan izin Tuhan mereka dalam tiap urusan. Sejahtera malam
tersebut hingga terbit fajar" (Al-Quran).
Mukmin dan mukminah sentiasa mengejar peluang yang disediakan
Allah swt untuk hamba-hambaNya. Ini termasuklah ganjaran
berlipatkali ganda Malam Lailatul Qadar dimana ia lebih baik
dari 1000 bulan (83 tahun). Sabda Rasulullah saw bermaksud,
"Dapatkanlah (dengan tekunlah beribadat) pada malam Lailatul
Qadar pada Sepuluh Malam Terakhir dibulan Ramadan" (Hadis sahih
riwayat Al-Bukhari). Dalam riwayat Al-Bukhari yang lain bermaksud,
"Dapatkanlah (dengan tekunlah beribadat) pada malam Lailatul
Qadar pada malam-malam ganjil di Sepuluh Malam Terakhir
dibulan Ramadan".
Ramadan adalah bulan Iktikaf, iaitu berada di masjid untuk
memberi tumpuan sepenuhnya beribadah khusus kepada Allah swt.
Iktikaf membersihkan hati dan akhlak kita, kerana kita
berdamping dengan rumah Allah swt dan dapat tenang memuhasabah
dan menilai diri kita yang sering alpa dan tergoda. Dari Urwah
bin Az-Zubair ra dari Aisyah ra berkata bermaksud, "Sesungguhnya
Nabi saw beriktikaf pada Sepuluh Malam Terakhir di bulan Ramadan
sehingga Baginda saw diwafatkan Allah. Selepas kewafatannya,
isteri-isterinya pula beriktikaf" (Hadis sahih riwayat
Al-Bukhari).
Ramadan adalah bulan Jihad dan Kemenangan. Di dalam bulan ini
orang-orang beriman mencapai kemuncak ikhlas dan taqwa, kedua-
duanya adalah resepi kemenangan dalam Jihad. Di dalam Ramadan
orang-orang beriman memenangi Perang Badar (Tahun 2H), Perang
Pembukaan Mekah (Tahun 8H) dan Perang Ain Jalut mengalahkan
tentara Monggul.
Semoga Ramadan pada tahun ini merupakan Ramadan yang terbaik
buat kita, berjaya kita lalui sepenuhnya dan mendapat rahmah
(belas kasih Allah swt), maghfirah (keampunanNya) dan itqum
minannar (selamat dari api Neraka). Ya Allah terimalah puasa,
solat Tarawih, qiyamullail dan iktikaf kami dibulan yang mulia
ini. Ya Allah, terimalah ibadah dan taqarrub (usaha mendekatkan
hati dan diri) kami kepadaMu.
Ya Allah, jadikanlah kami diakhir Ramadan dikalangan hamba-
hambaMu yang bertaqwa seperti firmanMu bermaksud, "Wahai orang-
orang beriman, diwajibkan keatas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan keatas orang-orang sebelum kamu, supaya kamu
bertaqwa..." (Surah Al-Baqarah). Ameen.
قُلۡ شَہۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدً۬ى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ فَمَن شَہِدَ مِنكُمُ ٱلشَّہۡرَ فَلۡيَصُمۡهُۖ وَمَن ڪَانَ مَرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٍ۬ فَعِدَّةٌ۬ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِڪُمُ ٱلۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيدُ بِڪُمُ ٱلۡعُسۡرَ وَلِتُڪۡمِلُواْ ٱلۡعِدَّةَ وَلِتُڪَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَٮٰكُمۡ وَلَعَلَّڪُمۡ تَشۡكُرُونَ
(Masa yang diwajibkan kamu berpuasa itu ialah) bulan Ramadan
yang padanya diturunkan Al-Quran, menjadi petunjuk bagi
sekalian manusia dan menjadi keterangan-keterangan yang
menjelaskan petunjuk dan (menjelaskan) perbezaan antara yang
benar dengan yang salah. Oleh itu, sesiapa dari antara kamu
yang menyaksikan anak bulan Ramadan (atau mengetahuinya),
maka hendaklah dia berpuasa bulan itu dan sesiapa yang sakit
atau dalam musafir maka (bolehlah dia berbuka, kemudian
wajiblah dia berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu
pada hari-hari yang lain. (Dengan ketetapan yang demikian
itu) Allah menghendaki kamu beroleh kemudahan dan Dia tidak
menghendaki kamu menanggung kesukaran dan juga supaya kamu
cukupkan bilangan puasa (sebulan Ramadan) dan supaya kamu
membesarkan Allah kerana mendapat petunjukNya dan supaya
kamu bersyukur. (Surah Al-Baqarah 2: Ayat 185)
peluang semaksima mungkin dibulan yang berkat ini demi
mendapatkan bekalan iman dan meningkatkan diri. Dihujung
Syaaban, Rasulullah saw berkhutbah mengingatkan para Sahabat
ra tentang Ramadan. Di sini saya mengambil kesempatan
mengingatkan diri saya dan kita sekelian berkenaan Ramadan
dan persiapan untuk memasukkinya.
Kita memasuki bulan berkat dimana pahala dilipatkali gandakan
bagi mereka yang mengharap ganjaran dan keredhaan Allah swt.
Dengan ini hamba-hambaNya semakin bertaqarrub kepadaNya dan
lebih berpeluang memasuki Syurga yang disediakan Allah swt.
Dari Qutaibah, dari Ismail bin Jaafar dari Abi Suhail, dari
ayahnya dari Abu Hurairah ra. sabda Rasulullah saw bermaksud,
"Apabila datang Ramadan, dibukakan pintu-pintu Syurga"
(Hadis sahih riwayat Al-Bukhari).
Dengan berpuasa, kita menahan diri dari makan, minum, hubungan
suami isteri, menjaga lidah, pemandangan dan hati hanya semata-
mata kerana Allah. Oleh itu Allah sendiri yang akan membalasnya.
Sabda Rasulullah saw bermaksud, "Sesiapa yang mendirikan (solat
dan ibadah) di malam Lailatul Qadar dengan penuh iman dan
mengharap ganjaran Allah, diampunkan dosa-dosanya yang telah
lalu. Sesiapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan penuh iman
dan mengharap ganjaran Allah, diampunkan dosa-dosanya yang telah
lalu" (Hadis sahih riwayat Al-Bukhari).
Didalam Ramadan, kita melipatgandakan ibadah solat kita, dan
lebih membiasakan diri kita mendampingi surau, masjid dan para
jemaah didalamnya yang beriman. Sabda Rasulullah saw berkenaan
Ramadan bermaksud, "Sesiapa yang mendirikan (solat Tarawih) di
bulan Ramadan, dengan penuh keimanan dan mengharap ganjaran
Allah, diampunkan untuknya akan kesalahan yang telah dikerjakannya"
(Hadis sahih riwayat Al-Bukhari).
Ramadan mengajar kita erti persaudaraan dan kesatuan umat Islam.
Dari Ibnu Syahab, dari Urwah bin Az-Zubair, dari Abdul Rahman bin
Abdul Al-Qari' berkata: Aku keluar bersama Umar Al-Khattab ra
pada suatu malam Ramadan ke masjid dan mendapati orang ramai
bersolat sendiri-sendiri dan berselerakan. Ada yang bersolat
sendirian. Ada yang bersolat diikuti beberapa orang. Umar ra
berkata bermaksud, "Aku lihat jika dikumpulkan mereka dibawah
seorang imam, itu adalah lebih baik". Kemudian beliau
melaksanakannya dan mengumpulkan orang ramai (bersolat) diimami
oleh Ubay bin Kaab ra. Pada suatu malam yang berikutnya, aku
pergi bersamanya ke masjid dan melihat orang ramai bersolat di
belakang seorang imam mereka. Umar ra berkata, "Alangkah
baiknya bid'ah ini"... (Hadis sahih riwayat Al-Bukhari).
Ramadan adalah bulan Al-Quran dimana Al-Quran diturunkan Allah
swt pada bulan tersebut. Jibril menyemak bacaan dan hafazan
Al-Quran Nabi saw dijuga dibulan ini. Oleh itu kita jadikanlah
bulan ini bulan yang lebih meriah bagi kita bersama Al-Quran,
dengan membacanya dan melaksanakan ajaran-ajaran yang terkandung
didalamnya. Ramadan adalah bulan bersedeqah, berkasih sayang
sesama umat Islam dan makhluk Allah swt. Kita perbanyakkanlah
bersedekah dan menjamu orang lain. Ibnu Abbas ra berkata
bermaksud, "Adalah Nabi saw orang yang paling pemurah dengan
kebaikan. Dia saw. lebih pemurah lagi di dalam bulan Ramadan
apabila didatangi oleh malaikat Jibril. adalah Jibril bertemu
Nabi saw tiap malam di bulan Ramadan sehingga pagi dan
mengemukakan Al-Quran kepada Nabi saw. Apabila Nabi saw bertemu
Jibril, Baginda saw menjadi lebih pemurah dari angin yang bertiup"
(Hadis sahih riwayat Al-Bukhari).
"Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Quran pada malam Lailatul Qadr.
tahukah kamu apakah malam Lailatul Qadr. Malam Lailatul Qadr
lebih baik dari 1000 bulan. Malaikat dan ruh turun pada malam
itu dengan izin Tuhan mereka dalam tiap urusan. Sejahtera malam
tersebut hingga terbit fajar" (Al-Quran).
Mukmin dan mukminah sentiasa mengejar peluang yang disediakan
Allah swt untuk hamba-hambaNya. Ini termasuklah ganjaran
berlipatkali ganda Malam Lailatul Qadar dimana ia lebih baik
dari 1000 bulan (83 tahun). Sabda Rasulullah saw bermaksud,
"Dapatkanlah (dengan tekunlah beribadat) pada malam Lailatul
Qadar pada Sepuluh Malam Terakhir dibulan Ramadan" (Hadis sahih
riwayat Al-Bukhari). Dalam riwayat Al-Bukhari yang lain bermaksud,
"Dapatkanlah (dengan tekunlah beribadat) pada malam Lailatul
Qadar pada malam-malam ganjil di Sepuluh Malam Terakhir
dibulan Ramadan".
Ramadan adalah bulan Iktikaf, iaitu berada di masjid untuk
memberi tumpuan sepenuhnya beribadah khusus kepada Allah swt.
Iktikaf membersihkan hati dan akhlak kita, kerana kita
berdamping dengan rumah Allah swt dan dapat tenang memuhasabah
dan menilai diri kita yang sering alpa dan tergoda. Dari Urwah
bin Az-Zubair ra dari Aisyah ra berkata bermaksud, "Sesungguhnya
Nabi saw beriktikaf pada Sepuluh Malam Terakhir di bulan Ramadan
sehingga Baginda saw diwafatkan Allah. Selepas kewafatannya,
isteri-isterinya pula beriktikaf" (Hadis sahih riwayat
Al-Bukhari).
Ramadan adalah bulan Jihad dan Kemenangan. Di dalam bulan ini
orang-orang beriman mencapai kemuncak ikhlas dan taqwa, kedua-
duanya adalah resepi kemenangan dalam Jihad. Di dalam Ramadan
orang-orang beriman memenangi Perang Badar (Tahun 2H), Perang
Pembukaan Mekah (Tahun 8H) dan Perang Ain Jalut mengalahkan
tentara Monggul.
Semoga Ramadan pada tahun ini merupakan Ramadan yang terbaik
buat kita, berjaya kita lalui sepenuhnya dan mendapat rahmah
(belas kasih Allah swt), maghfirah (keampunanNya) dan itqum
minannar (selamat dari api Neraka). Ya Allah terimalah puasa,
solat Tarawih, qiyamullail dan iktikaf kami dibulan yang mulia
ini. Ya Allah, terimalah ibadah dan taqarrub (usaha mendekatkan
hati dan diri) kami kepadaMu.
Ya Allah, jadikanlah kami diakhir Ramadan dikalangan hamba-
hambaMu yang bertaqwa seperti firmanMu bermaksud, "Wahai orang-
orang beriman, diwajibkan keatas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan keatas orang-orang sebelum kamu, supaya kamu
bertaqwa..." (Surah Al-Baqarah). Ameen.
قُلۡ شَہۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدً۬ى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ فَمَن شَہِدَ مِنكُمُ ٱلشَّہۡرَ فَلۡيَصُمۡهُۖ وَمَن ڪَانَ مَرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٍ۬ فَعِدَّةٌ۬ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِڪُمُ ٱلۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيدُ بِڪُمُ ٱلۡعُسۡرَ وَلِتُڪۡمِلُواْ ٱلۡعِدَّةَ وَلِتُڪَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَٮٰكُمۡ وَلَعَلَّڪُمۡ تَشۡكُرُونَ
(Masa yang diwajibkan kamu berpuasa itu ialah) bulan Ramadan
yang padanya diturunkan Al-Quran, menjadi petunjuk bagi
sekalian manusia dan menjadi keterangan-keterangan yang
menjelaskan petunjuk dan (menjelaskan) perbezaan antara yang
benar dengan yang salah. Oleh itu, sesiapa dari antara kamu
yang menyaksikan anak bulan Ramadan (atau mengetahuinya),
maka hendaklah dia berpuasa bulan itu dan sesiapa yang sakit
atau dalam musafir maka (bolehlah dia berbuka, kemudian
wajiblah dia berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu
pada hari-hari yang lain. (Dengan ketetapan yang demikian
itu) Allah menghendaki kamu beroleh kemudahan dan Dia tidak
menghendaki kamu menanggung kesukaran dan juga supaya kamu
cukupkan bilangan puasa (sebulan Ramadan) dan supaya kamu
membesarkan Allah kerana mendapat petunjukNya dan supaya
kamu bersyukur. (Surah Al-Baqarah 2: Ayat 185)
Jangan Ditangisi Apa yang Bukan Milikmu
Dalam perjalanan hidup ini seringkali kita merasa kecewa.
Kecewa sekali. Sesuatu yang luput dari genggaman, keinginan
yang tidak tercapai dan kenyataan yang tidak sesuai dengan
harapan.
Dan sungguh sangat beruntung andai dalam saat-saat tergoncangnya
jiwa, masih ada setitik cahaya dalam kalbu untuk merenungi
kebenaran. Masih ada kekuatan untuk melangkahkan kaki menuju
majlis-majlis ilmu dan majlis-majlis zikir yang akan memberikan
ketenteraman jiwa.
Hidup ini ibarat belantara. Tempat kita mengejar pelbagai
keinginan dan impian. Dan memang manusia diciptakan mempunyai
kehendak serta mempunyai keinginan. Tetapi bukan semua yang
kita inginkan dapat dicapai. Sesungguhnya tidak mudah menyedari
bahawa apa yang bukan menjadi hak kita tak perlu kita tangisi.
Banyak orang yang tidak sedar bahawa hidup ini tidak punya
satu hukum: harus berjaya, harus bahagia atau harus-harus
yang lain.
Betapa banyak orang yang berjaya tetapi lupa bahawa hakikatnya
semua itu pemberian Allah sehingga membuatnya sombong dan
bertindak sewenang-wenangnya. Begitu juga kegagalan sering
tidak dihadapi dengan betul. Padahal dimensi tauhid dari
kegagalan adalah tidak tercapainya apa yang memang bukan hak
kita. Padahal hakikat kegagalan adalah tidak terengkuhnya apa
yang memang bukan hak kita.
Apa yang memang menjadi milik kita di dunia, samada rezeki,
jawatan atau kedudukan, pasti Allah akan berikan. Tetapi apa
yang memang bukan milik kita, kita tidak akan mampu miliki;
walaupun ia nyaris menghampiri kita atau meskipun kita bermati-
matian berusaha mendapatkannya.
"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula)
pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Luh
Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang
demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang
demikian itu) supaya kamu jangan berdukacita terhadap apa
yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira
terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.."
(Surah Al-Hadid: 22-23)
Maka sudahlah, jangan kau tangisi apa yang bukan milikmu!
Kecewa sekali. Sesuatu yang luput dari genggaman, keinginan
yang tidak tercapai dan kenyataan yang tidak sesuai dengan
harapan.
Dan sungguh sangat beruntung andai dalam saat-saat tergoncangnya
jiwa, masih ada setitik cahaya dalam kalbu untuk merenungi
kebenaran. Masih ada kekuatan untuk melangkahkan kaki menuju
majlis-majlis ilmu dan majlis-majlis zikir yang akan memberikan
ketenteraman jiwa.
Hidup ini ibarat belantara. Tempat kita mengejar pelbagai
keinginan dan impian. Dan memang manusia diciptakan mempunyai
kehendak serta mempunyai keinginan. Tetapi bukan semua yang
kita inginkan dapat dicapai. Sesungguhnya tidak mudah menyedari
bahawa apa yang bukan menjadi hak kita tak perlu kita tangisi.
Banyak orang yang tidak sedar bahawa hidup ini tidak punya
satu hukum: harus berjaya, harus bahagia atau harus-harus
yang lain.
Betapa banyak orang yang berjaya tetapi lupa bahawa hakikatnya
semua itu pemberian Allah sehingga membuatnya sombong dan
bertindak sewenang-wenangnya. Begitu juga kegagalan sering
tidak dihadapi dengan betul. Padahal dimensi tauhid dari
kegagalan adalah tidak tercapainya apa yang memang bukan hak
kita. Padahal hakikat kegagalan adalah tidak terengkuhnya apa
yang memang bukan hak kita.
Apa yang memang menjadi milik kita di dunia, samada rezeki,
jawatan atau kedudukan, pasti Allah akan berikan. Tetapi apa
yang memang bukan milik kita, kita tidak akan mampu miliki;
walaupun ia nyaris menghampiri kita atau meskipun kita bermati-
matian berusaha mendapatkannya.
"Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula)
pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Luh
Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang
demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang
demikian itu) supaya kamu jangan berdukacita terhadap apa
yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira
terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.."
(Surah Al-Hadid: 22-23)
Maka sudahlah, jangan kau tangisi apa yang bukan milikmu!
Wednesday, July 13, 2011
Tipu Daya Syaitan

ALLAH berfirman bermaksud: “Syaitan memberikan janji yang
membangkitkan angan-angan kosong kepada mereka. Walhal
syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka kecuali
tipu daya belaka. Tempat mereka itu ialah
neraka jahanam dan mereka tidak memperoleh
tempat untuk lari daripadanya.”(An-Nisa: 120-121).
Keterbukaan manusia mengundang kehadiran syaitan ke dalam diri
masing-masing sebenarnya ada kaitan dengan sifat mazmumah yang
diamalkan dalam kehidupan seharian.
Melalui pelbagai jenis sifat mazmumah itu sama ada kita sedar
atau tidak, kita sebenarnya sudah menyediakan ruang kepada
syaitan menapak dalam diri.
Apabila syaitan sudah meraja dalam diri, seseorang individu
itu akan sanggup melakukan apa jua perbuatan keji dan mungkar
kerana keinginan nafsu akan menjadi sebati dengan sifat jahat
syaitan itu sendiri. Hati, suatu organ istimewa kurniaan Allah
kepada manusia pada saat dan waktu itu juga akan mula goyah
apabila sedikit demi sedikit syaitan durjana mula merayap
menguasai tunjang dalam badan manusia.
Beruntunglah golongan manusia yang berupaya menangkis godaan
itu. Mengikut ulama, syaitan akan menguasai tubuh badan
manusia melalui 10 pintu:
Pertama – melalui sifat sombong dan angkuh. Dua sifat ini amat
mudah tersemai dan menyubur dalam diri manusia. Ia berpunca
daripada keegoan manusia itu sendiri yang lazimnya akan mudah
hanyut ketika dilimpahi kemewahan.
Kedua – melalui sifat bakhil dan kedekut. Setiap harta benda
dan kemewahan diperoleh adalah kurniaan Allah yang seharusnya
dibelanjakan ke jalan yang hak. Ia boleh digunakan untuk
membantu orang memerlukan sama ada melalui kewajipan berzakat
atau bersedekah.
Ketiga – melalui sifat takbur dan bongkak. Sifat ini selalunya
bertapak dalam diri manusia yang berasakan dia sudah memiliki
segala-galanya dalam hidup ini. Mereka terlupa bahawa
kesenangan dan kenikmatan yang dikurniakan itu boleh ditarik
Allah pada bila-bila masa saja. Allah berfirman bermaksud:
“Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang yang takbur.”(an-Nahl:23)
Keempat – sifat khianat. Khianat dimaksudkan bukan saja melalui
perbuatan merosakkan sesuatu yang menjadi milik orang lain,
tetapi juga mengkhianati hidup orang lain dengan tidak mematuhi
apa-apa bentuk perjanjian, perkongsian dan sebagainya.
Kelima – sifat tidak suka menerima ilmu dan nasihat. Rasulullah
selalu menasihati sahabat Baginda agar menjauhkan diri masing-
masing daripada menjadi golongan keempat daripada kalangan
manusia dibenci Allah iaitu golongan yang tidak suka diri
mereka dinasihati atau mendengar nasihat orang lain.
Keenam – melalui sifat hasad. Perasaan hasad dengki selalunya
akan diikuti dengan rasa benci dan dendam berpanjangan.
Rasulullah SAW pernah bersabda bermaksud: “Hindarilah kamu
daripada sifat hasad kerana ia akan memakan amalan kamu
seperti api memakan kayu kering ”(Riwayat Bukhori dan Muslim).
Ketujuh – melalui sifat suka meremehkan orang lain. Sifat ego
manusia ini selalunya akan lahir apabila seseorang individu
itu berasakan dirinya sudah sempurna jika dibandingkan dengan
orang lain. Orang lain dilihat terlalu kecil dan kerdil jika
dibandingkan dengan apa yang dia miliki. Abu Umamah pernah
meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:
“Tiga kelompok manusia yang tidak boleh dihina kecuali orang
munafik ialah orang tua Muslim, orang berilmu dan imam yang
adil.” (Riwayat Muslim).
Kelapan – melalui sifat ujub atau bangga diri. Menurut Imam
Ahmad, Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Jangan kamu
bersenang lenang dalam kemewahan kerana sesungguhnya hamba
Allah itu bukan orang yang bersenang-senang saja.”
(Riwayat Abu Naim daripada Muaz bin Jabal)
Kesembilan – melalui sifat suka berangan-angan. Islam adalah
antikemalasan. Orang yang berat tulang untuk berusaha bagi
mencapai kecemerlangan dalam hidup akan dipandang hina oleh
Allah dan manusia. Mereka lebih gemar berpeluk tubuh dan
menyimpan impian tinggi tetapi amat malas berusaha
memperolehnya.
Kesepuluh dan terakhir – melalui sifat buruk sangka. Seseorang
suka menuduh orang lain melakukan kejahatan tanpa diselidiki
terlebih dulu amat dicela Islam. Rasulullah SAW bersabda
bermaksud: “Nanti akan ada seseorang berkata kepada orang
ramai bahawa mereka sudah rosak. Sesungguhnya orang yang
berkata itu sebenarnya sudah rosak dirinya.”(Riwayat Muslim)
Tuesday, July 12, 2011
Merindui Syaaban-Mu
Suatu hadis yang dirawikan oleh Atha bin Yassar, "pada malam
Nifsu Syaaban, dihapuskan oleh malaikat maut, setiap orang yang
hendak meninggal dunia dari Syaaban ke Syaaban yang lain,Dan
seseorang menanam tanaman, menikah isteri serta membangun rumah
dimana namanya telah dihapuskan sebagai orang yang mati.Tetapi
malaikat maut tidak melihatnya. Kecuali ketika dia diperintahakan,
maka kemudian mencabutnya..."
Imam Ahmad merawikan bahawa Rasullullah merawikan :
Pada malam Nifsu Syaaban, Allah meneliti kepada hamba-Nya,
kemudian Dia mengumpul seluruh penghuni bumi kecuali dua orang;
orang musyirik dan orang yang memeberati dengan dosa.
Rasulullah S.A.W menyatakan:
Malaikat jibril mendatangiku pada malam nifsu syaaban 15 Syaaban
seraya berkata 'Hai Muhammmad, malam ini pintu pintu langit
dan pintu rahmat dibuka .Bangunlah dan sembahyanglah angkat
kepalamu dan tadahlah dua tanganmu ke langit!
Aku pun berkata,"Hai jibril, malam ini malam apa?''
Jibril menjawab, "Malam ini dibukakan 300 pintu rahmat. Tuhan
mengampuni segala kesalahan orang yang tidak menyekutukan Allah
dengan sesuatu,kecuali tukang sihir, tukang nujum, orang yang
bermusuhan, orang yang terus menerus minum khamar (arak), terus
menerus berzina, memakan riba, derhaka kepada ibu bapa, orang
yang suka mengadu domba dan orang yang memutuskan sillaturahim.
Tuhan tidak akan mengampuni mereka sampai mereka taubat dan
meninggalkan segala kejahatan itu..."
Rasullullah pun keluar, lantas megerjakan solat dan menangis
dalam sujudnya ,seraya bermohon, 'Oh Tuhan. saya berlindung
kepada-Mu dari azab seksa-Mu dan dari kemurkaaan-Mu, tiada ku
batasi pujian kepada-Mu sebagaimana engkau telah memuji diri-Mu.
Maka bagiMulah segala puji pujian itu hingga Engkau redha...
Rasullullah bersabda:
Barang sesiapa memuliakan bulan Syaaban dan takut kepada
Allah, beramal taat kepadaNya dan menahan dirinya dari
perbuatan maksiat, nescaya diampuni Allah segala dosanya dan
dipelihara Allah ia pada tahun itu dari berbagai cubaan dan
penyakit.."
Nifsu Syaaban, dihapuskan oleh malaikat maut, setiap orang yang
hendak meninggal dunia dari Syaaban ke Syaaban yang lain,Dan
seseorang menanam tanaman, menikah isteri serta membangun rumah
dimana namanya telah dihapuskan sebagai orang yang mati.Tetapi
malaikat maut tidak melihatnya. Kecuali ketika dia diperintahakan,
maka kemudian mencabutnya..."
Imam Ahmad merawikan bahawa Rasullullah merawikan :
Pada malam Nifsu Syaaban, Allah meneliti kepada hamba-Nya,
kemudian Dia mengumpul seluruh penghuni bumi kecuali dua orang;
orang musyirik dan orang yang memeberati dengan dosa.
Rasulullah S.A.W menyatakan:
Malaikat jibril mendatangiku pada malam nifsu syaaban 15 Syaaban
seraya berkata 'Hai Muhammmad, malam ini pintu pintu langit
dan pintu rahmat dibuka .Bangunlah dan sembahyanglah angkat
kepalamu dan tadahlah dua tanganmu ke langit!
Aku pun berkata,"Hai jibril, malam ini malam apa?''
Jibril menjawab, "Malam ini dibukakan 300 pintu rahmat. Tuhan
mengampuni segala kesalahan orang yang tidak menyekutukan Allah
dengan sesuatu,kecuali tukang sihir, tukang nujum, orang yang
bermusuhan, orang yang terus menerus minum khamar (arak), terus
menerus berzina, memakan riba, derhaka kepada ibu bapa, orang
yang suka mengadu domba dan orang yang memutuskan sillaturahim.
Tuhan tidak akan mengampuni mereka sampai mereka taubat dan
meninggalkan segala kejahatan itu..."
Rasullullah pun keluar, lantas megerjakan solat dan menangis
dalam sujudnya ,seraya bermohon, 'Oh Tuhan. saya berlindung
kepada-Mu dari azab seksa-Mu dan dari kemurkaaan-Mu, tiada ku
batasi pujian kepada-Mu sebagaimana engkau telah memuji diri-Mu.
Maka bagiMulah segala puji pujian itu hingga Engkau redha...
Rasullullah bersabda:
Barang sesiapa memuliakan bulan Syaaban dan takut kepada
Allah, beramal taat kepadaNya dan menahan dirinya dari
perbuatan maksiat, nescaya diampuni Allah segala dosanya dan
dipelihara Allah ia pada tahun itu dari berbagai cubaan dan
penyakit.."
Di Saat Ini......
Aku tau aku susah berkongsi rasa hati yang terpendam
dalam lubuk hatiku. Sesungguhnya tiba saatnya hatiku
merindui. Merindui yang tiada kesudahan tanpa diketahui
oleh orang lain.kadang-kadang aku benci bila saatnya
ia muncul. Rasa sedih pasti muncul tanpa ku paksa.
Ya Allah apa harus aku lakukan...sakitnya hanya Engkau
saja yang tau....Aku tau sebagai manusia biasa aku tak
mampu mengharunginya. Kadang-kadang aku tertewas juga.
Ya Allah bila aku dapat memperolehi kebahagiaanku
Ya Allah....:(
dalam lubuk hatiku. Sesungguhnya tiba saatnya hatiku
merindui. Merindui yang tiada kesudahan tanpa diketahui
oleh orang lain.kadang-kadang aku benci bila saatnya
ia muncul. Rasa sedih pasti muncul tanpa ku paksa.
Ya Allah apa harus aku lakukan...sakitnya hanya Engkau
saja yang tau....Aku tau sebagai manusia biasa aku tak
mampu mengharunginya. Kadang-kadang aku tertewas juga.
Ya Allah bila aku dapat memperolehi kebahagiaanku
Ya Allah....:(
Tambah Rezeki Dengan Berkahwin
Islam sebagai satu jalan dan cara hidup komprehensif memberi
penekanan penting meletakkan garis panduan serta piawaian
tinggi yang terperinci bagi membimbing manusia ke arah
keredaanNya.
Dalam Islam, perkahwinan dan hubungan suami isteri serta seisi
keluarga adalah perkara mulia dipandang penting.
Allah SWT yang mencipta manusia dengan sebaik kejadian,
meletakkan unsur syahwat dan menanam perasaan kasih sayang
yang bergerak selari dengan perkembangan kemanusiaan itu
sendiri.
Islam meraikan fitrah dan keperluan hidup manusia, contohnya
keperluan ingin dikasihi, mempunyai pasangan hidup serta
keluarga sebagai tempat menerima serta mencurahkan kasih sayang.
Oleh itu, semua orang yang berkemampuan dan cukup syarat
dianjurkan berkahwin dan membina keluarga.
Allah SWT berfirman yang bermaksud: "Dan di antara tanda yang
membuktikan kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya bahawa Dia
menciptakan untuk kamu isteri-isteri daripada jenis kamu
sendiri supaya kamu bersenang hati dan hidup mesra dengannya,
dan dijadikan di antara kamu suami isteri perasaan kasih
sayang dan belas kasihan." (Surah al-Rum, ayat 21)
Islam turut memberi panduan bagi golongan muda yang ingin
berkahwin dengan niat menjaga diri daripada dosa dan maksiat,
tetapi khuatir rezekinya sama ada mencukupi atau tidak untuk
menanggung keluarga.
Dalam hal ini, sekiranya usaha mencari rezeki dijalankan
dengan tersusun selepasnya, yakinlah bahawa rezeki akan
dimudahkan melalui perkahwinan itu.
Ia dinyatakan dalam firman Allah yang bermaksud: "Dan
kahwinilah orang yang sendirian di antara kamu, dan orang
yang layak (berkahwin) daripada hamba yang lelaki dan
perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan mengkayakan mereka
daripada rezeki-Nya. Dan Allah Maha Luas Pemberian-Nya dan
Maha Mengetahui." (Surah al-Nur, ayat 32)
Namun begitu, sekiranya seseorang belum mempunyai kemampuan
dan persediaan menempuh kehidupan berkeluarga, maka hendaklah
berusaha menahan hawa nafsu dengan sebaiknya.
Panduan itu diberikan Rasulullah SAW dalam sabdanya yang
bermaksud: "Wahai orang muda, sesiapa di antara kamu yang
mampu berkahwin maka hendaklah dia berkahwin kerana ia (iaitu
perkahwinan) dapat mengawal mata dan kemaluan. Barang siapa
yang tidak mampu maka hendaklah dia berpuasa kerana ia (iaitu
puasa) akan menjadi penjaga baginya." (Riwayat Bukhari dan
Muslim)
Islam sebenarnya tidak menggalakkan umatnya mengambil sikap
berkecuali dengan tidak mementingkan urusan perkahwinan.
Rasulullah SAW pernah menggambarkan kegembiraan Baginda di
akhirat dengan bilangan umatnya yang ramai hasil daripada
perkahwinan berlangsung di kalangan umatnya.
Sabda Baginda SAW bermaksud: "Nabi SAW menyuruh kami supaya
berkahwin dan melarang kami membujang. Larangan itu beliau
tekankan dengan cukup keras dengan bersabda: "Nikahilah wanita
yang subur dan penyayang, kerana aku berasa bangga melihat
umatku yang ramai pada hari kiamat kelak." (Riwayat Ahmad)
Namun begitu, kita perlu melihat dengan lebih terperinci bahawa
apa yang menjadi impian Rasulullah SAW adalah umatnya ramai,
berkualiti, mempunyai jati diri Muslim sebenar.
Apakah yang dikatakan perkahwinan itu? Dr Wahbah al-Zuhayli
dalam kitabnya al-Fiqh al-Islamiy meletakkan definisi
perkahwinan atau al-nikah sebagai 'satu akad yang menghalalkan
pergaulan di antara seorang lelaki dengan seorang perempuan
bukan muhrim, menimbulkan hak dan kewajipan antara kedua-dua
mereka.'
Menerusi definisi ini, beberapa perkara penting dapat
dikeluarkan:
# Pertama, perkahwinan menyatukan antara dua insan yang saling
menyintai dengan menggunakan akad ijab kabul yang sah dalam
Islam. Ia berkait perjanjian dengan Allah untuk menjaga
perkara yang digariskan antara mereka selepas akad dilaksankan.
Justeru, perkahwinan mempunyai nilai keagamaan, ketundukan
kepada Allah dan mematuhi peraturan yang Allah tetapkan untuk
dijaga di sepanjang prkahwinan berlangsung.
# Kedua, adalah jelas bahawa perkahwinan hanya boleh berlaku
di antara lelaki dan perempuan yang bukan muhrim. Dengan itu,
Islam tidak membenarkan hubungan sesama muhrim walaupun
mereka saling mencintai seperti anak dan bapa, adik beradik,
anak saudara dengan bapa saudara dan sebagainya. Termasuklah
hubungan muhrim yang terbina dari pertalian darah, susuan
dan persemendaan.
# Ketiga, hanya selepas wujudnya akad perkahwinan, barulah
wujud hak dan tanggungjawab yang perlu dipatuhi dan ditunaikan
pasangan terbabit. Hak isteri adalah tanggungjawab suami
untuk tunaikan dan hak suami menjadi tanggungjawab isteri
untuk tunaikan. Hak anak yang lahir selepas ikatan itu
menjadi tanggungjawab ayah dan ibu untuk tunaikan. Istilah
tanggungjawab pula memberi konotasi yang besar, perkara yang
ditanggung dan perlu ditunaikan dengan ikhlas, jika gagal
maka ada pertanggungjawaban di hadapan Allah di akhirat
kelak terhadap pengabaian dan kegagalan itu. Itulah elemen
keagamaan dan ketundukan kepada Allah di dalam perkahwinan.
# Keempat, definisi itu juga menjelaskan bahawa pasangan yang
belum berkahwin, sama ada yang sedang bercinta atau bertunang,
belum wujud sebarang hak dan tanggungjawab antara mereka.
Hubungan mereka belum dihalalkan agama dan mereka tidak boleh
bebas bergaul, berpegangan tangan, berpelukan apatah lagi
melakukan hubungan kelamin kerana Islam tidak mengiktiraf
mereka sebagai pasangan yang sah. Inilah yang paling ketara
antara perkahwinan di sisi pandangan barat dan Islam. Bagi
golongan barat, apabila pasangan saling cinta mencintai, maka
hubungan kelamin adalah suatu yang lumrah. Agama tidak
mempunyai peranan dalam pembawaan dan keputusan dibuat. Kerana
itu, melakukan hubungan kelamin, mempunyai anak sebelum
berkahwin adalah perkara bukan mengaibkan atau pelik dalam
masyarakat mereka. Islam tidak membenarkan kita menyerupai
dan mengambil langkah seperti mereka.
# Kelima, akad perkahwinan adalah ikatan murni antara lelaki
dan perempuan untuk hidup bersama dalam sebuah rumah tangga.
Nilai keagamaan sangat jelas dizahirkan di mana tertolaklah
perkahwinan sama jantina, lelaki dengan lelaki, perempuan
dengan perempuan. Barat menerima perkembangan yang berlaku
di mana lelaki boleh berkahwin dengan lelaki dan wanita
berkahwin dengan wanita. Ia kerana perkahwinan bagi mereka
adalah titik akhir penzahiran kecintaan antara dua insan.
Tidak ada hubung kait dengan elemen keagamaan. Sedangkan Islam
sama sekali tidak mengiktiraf hubungan gay atau lesbian.
Bahkan Islam tidak mengiktiraf perkahwinan mana-mana pihak
yang membuat pembedahan tukar jantina. Islam tidak mengiktiraf
perkahwinan lelaki menjadi perempuan dan perempuan menjadi
lelaki.
# Keenam, perkahwinan adalah ikatan suci yang bukan saja
menggabungkan dua insan, tetapi dua keluarga dan keturunan.
Maka silaturahim antara manusia akan berkembang dan kehidupan
lebih berseri.
penekanan penting meletakkan garis panduan serta piawaian
tinggi yang terperinci bagi membimbing manusia ke arah
keredaanNya.
Dalam Islam, perkahwinan dan hubungan suami isteri serta seisi
keluarga adalah perkara mulia dipandang penting.
Allah SWT yang mencipta manusia dengan sebaik kejadian,
meletakkan unsur syahwat dan menanam perasaan kasih sayang
yang bergerak selari dengan perkembangan kemanusiaan itu
sendiri.
Islam meraikan fitrah dan keperluan hidup manusia, contohnya
keperluan ingin dikasihi, mempunyai pasangan hidup serta
keluarga sebagai tempat menerima serta mencurahkan kasih sayang.
Oleh itu, semua orang yang berkemampuan dan cukup syarat
dianjurkan berkahwin dan membina keluarga.
Allah SWT berfirman yang bermaksud: "Dan di antara tanda yang
membuktikan kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya bahawa Dia
menciptakan untuk kamu isteri-isteri daripada jenis kamu
sendiri supaya kamu bersenang hati dan hidup mesra dengannya,
dan dijadikan di antara kamu suami isteri perasaan kasih
sayang dan belas kasihan." (Surah al-Rum, ayat 21)
Islam turut memberi panduan bagi golongan muda yang ingin
berkahwin dengan niat menjaga diri daripada dosa dan maksiat,
tetapi khuatir rezekinya sama ada mencukupi atau tidak untuk
menanggung keluarga.
Dalam hal ini, sekiranya usaha mencari rezeki dijalankan
dengan tersusun selepasnya, yakinlah bahawa rezeki akan
dimudahkan melalui perkahwinan itu.
Ia dinyatakan dalam firman Allah yang bermaksud: "Dan
kahwinilah orang yang sendirian di antara kamu, dan orang
yang layak (berkahwin) daripada hamba yang lelaki dan
perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan mengkayakan mereka
daripada rezeki-Nya. Dan Allah Maha Luas Pemberian-Nya dan
Maha Mengetahui." (Surah al-Nur, ayat 32)
Namun begitu, sekiranya seseorang belum mempunyai kemampuan
dan persediaan menempuh kehidupan berkeluarga, maka hendaklah
berusaha menahan hawa nafsu dengan sebaiknya.
Panduan itu diberikan Rasulullah SAW dalam sabdanya yang
bermaksud: "Wahai orang muda, sesiapa di antara kamu yang
mampu berkahwin maka hendaklah dia berkahwin kerana ia (iaitu
perkahwinan) dapat mengawal mata dan kemaluan. Barang siapa
yang tidak mampu maka hendaklah dia berpuasa kerana ia (iaitu
puasa) akan menjadi penjaga baginya." (Riwayat Bukhari dan
Muslim)
Islam sebenarnya tidak menggalakkan umatnya mengambil sikap
berkecuali dengan tidak mementingkan urusan perkahwinan.
Rasulullah SAW pernah menggambarkan kegembiraan Baginda di
akhirat dengan bilangan umatnya yang ramai hasil daripada
perkahwinan berlangsung di kalangan umatnya.
Sabda Baginda SAW bermaksud: "Nabi SAW menyuruh kami supaya
berkahwin dan melarang kami membujang. Larangan itu beliau
tekankan dengan cukup keras dengan bersabda: "Nikahilah wanita
yang subur dan penyayang, kerana aku berasa bangga melihat
umatku yang ramai pada hari kiamat kelak." (Riwayat Ahmad)
Namun begitu, kita perlu melihat dengan lebih terperinci bahawa
apa yang menjadi impian Rasulullah SAW adalah umatnya ramai,
berkualiti, mempunyai jati diri Muslim sebenar.
Apakah yang dikatakan perkahwinan itu? Dr Wahbah al-Zuhayli
dalam kitabnya al-Fiqh al-Islamiy meletakkan definisi
perkahwinan atau al-nikah sebagai 'satu akad yang menghalalkan
pergaulan di antara seorang lelaki dengan seorang perempuan
bukan muhrim, menimbulkan hak dan kewajipan antara kedua-dua
mereka.'
Menerusi definisi ini, beberapa perkara penting dapat
dikeluarkan:
# Pertama, perkahwinan menyatukan antara dua insan yang saling
menyintai dengan menggunakan akad ijab kabul yang sah dalam
Islam. Ia berkait perjanjian dengan Allah untuk menjaga
perkara yang digariskan antara mereka selepas akad dilaksankan.
Justeru, perkahwinan mempunyai nilai keagamaan, ketundukan
kepada Allah dan mematuhi peraturan yang Allah tetapkan untuk
dijaga di sepanjang prkahwinan berlangsung.
# Kedua, adalah jelas bahawa perkahwinan hanya boleh berlaku
di antara lelaki dan perempuan yang bukan muhrim. Dengan itu,
Islam tidak membenarkan hubungan sesama muhrim walaupun
mereka saling mencintai seperti anak dan bapa, adik beradik,
anak saudara dengan bapa saudara dan sebagainya. Termasuklah
hubungan muhrim yang terbina dari pertalian darah, susuan
dan persemendaan.
# Ketiga, hanya selepas wujudnya akad perkahwinan, barulah
wujud hak dan tanggungjawab yang perlu dipatuhi dan ditunaikan
pasangan terbabit. Hak isteri adalah tanggungjawab suami
untuk tunaikan dan hak suami menjadi tanggungjawab isteri
untuk tunaikan. Hak anak yang lahir selepas ikatan itu
menjadi tanggungjawab ayah dan ibu untuk tunaikan. Istilah
tanggungjawab pula memberi konotasi yang besar, perkara yang
ditanggung dan perlu ditunaikan dengan ikhlas, jika gagal
maka ada pertanggungjawaban di hadapan Allah di akhirat
kelak terhadap pengabaian dan kegagalan itu. Itulah elemen
keagamaan dan ketundukan kepada Allah di dalam perkahwinan.
# Keempat, definisi itu juga menjelaskan bahawa pasangan yang
belum berkahwin, sama ada yang sedang bercinta atau bertunang,
belum wujud sebarang hak dan tanggungjawab antara mereka.
Hubungan mereka belum dihalalkan agama dan mereka tidak boleh
bebas bergaul, berpegangan tangan, berpelukan apatah lagi
melakukan hubungan kelamin kerana Islam tidak mengiktiraf
mereka sebagai pasangan yang sah. Inilah yang paling ketara
antara perkahwinan di sisi pandangan barat dan Islam. Bagi
golongan barat, apabila pasangan saling cinta mencintai, maka
hubungan kelamin adalah suatu yang lumrah. Agama tidak
mempunyai peranan dalam pembawaan dan keputusan dibuat. Kerana
itu, melakukan hubungan kelamin, mempunyai anak sebelum
berkahwin adalah perkara bukan mengaibkan atau pelik dalam
masyarakat mereka. Islam tidak membenarkan kita menyerupai
dan mengambil langkah seperti mereka.
# Kelima, akad perkahwinan adalah ikatan murni antara lelaki
dan perempuan untuk hidup bersama dalam sebuah rumah tangga.
Nilai keagamaan sangat jelas dizahirkan di mana tertolaklah
perkahwinan sama jantina, lelaki dengan lelaki, perempuan
dengan perempuan. Barat menerima perkembangan yang berlaku
di mana lelaki boleh berkahwin dengan lelaki dan wanita
berkahwin dengan wanita. Ia kerana perkahwinan bagi mereka
adalah titik akhir penzahiran kecintaan antara dua insan.
Tidak ada hubung kait dengan elemen keagamaan. Sedangkan Islam
sama sekali tidak mengiktiraf hubungan gay atau lesbian.
Bahkan Islam tidak mengiktiraf perkahwinan mana-mana pihak
yang membuat pembedahan tukar jantina. Islam tidak mengiktiraf
perkahwinan lelaki menjadi perempuan dan perempuan menjadi
lelaki.
# Keenam, perkahwinan adalah ikatan suci yang bukan saja
menggabungkan dua insan, tetapi dua keluarga dan keturunan.
Maka silaturahim antara manusia akan berkembang dan kehidupan
lebih berseri.
Tuesday, July 5, 2011
Kisah Ulama Sufi : Jauhi Sifat Berburuk Sangka dan Bangga diri (Ujub)
Segala puji bagi Allah, Tuhan sekelian alam. Selawat serta
salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad S.A.W keluarga
serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti
baginda hingga ke hari kiamat.
Sahabat yang dirahmati Allah,
Sifat buruk sangka, bangga diri, ujub dan sombong adalah
sifat-sifat mazmumah yang perlu kita jauhi. Tanpa kita
sedari bahawa apabila sifat-sifat ini telah bertapak dalam
hati kita akan menyebabkan hati kita berpenyakit dan akan
merosakkan amalan kita kepada Allah S.W.T.
Terdapat satu kisah seorang ulama sufi bernama Hassan al-Basri
dengan seorang pemuda berdua-duaan dengan seorang wanita.
Suatu hari di tepi sungai Dajlah, Hassan al-Basri melihat
seorang pemuda duduk berdua-duaan dengan seorang wanita. Di
sisi mereka terletak sebotol arak. Lalu Hassan berbisik
"Alangkah jahatnya orang itu dan alangkah baiknya kalau dia
seperti aku!"
Tiba-tiba Hassan melihat sebuah perahu di tepi sungai yang
sedang tenggelam. Lelaki yang duduk di tepi sungai tadi segera
terjun untuk menolong penumpang perahu yang hampir lemas. Enam
dari tujuh penumpang itu berjaya diselamatkan.
Kemudian dia berpaling ke arah Hassan al-Basri dan berkata,
"Jika engkau memang lebih mulia daripada saya, maka dengan nama
Allah, selamatkan seorang lagi yang belum sempat saya tolong.
Engkau diminta untuk menyelamatkan satu orang saja, sedang saya
telah menyelamatkan enam orang."
Bagaimanapun Hassan al-Basri gagal menyelamatkan yang seorang
itu. Maka lelaki itu bertanya padanya. "Tuan, sebenarnya wanita
yang duduk di samping saya ini adalah ibu saya, sedangkan botol
itu hanya berisi air biasa, bukan arak. Ini hanya untuk menguji
tuan."
Hassan al-Basri terpegun lalu berkata, "Kalau begitu,
sebagaimana engkau telah menyelamatkan enam orang tadi daripada
bahaya tenggelam ke dalam sungai, maka selamatkanlah saya
daripada tenggelam dalam kebanggaan dan kesombongan."
Orang itu menjawab, "Mudah-mudahan Allah mengabulkan
permohonan tuan."
Semenjak itu, Hassan al-Basri selalu merendahkan diri bahkan ia
menganggap dirinya sebagai makhluk yang tidak lebih daripada
orang lain.
Sahabat yang dimuliakan,
Sebagai pengajaran untuk di ambil sebagai iktibar kisah diatas,
terdapat dua cara untuk mengatasinya.
01. Jangan berburuk sangka dengan orang lain serta memandang
rendah padanya. Apabila kita melihat orang lain membuat maksiat
kepada Allah jangan menghinanya atau reda dengan perbuatannya
dan cuba mencari aibnya. Berilah nasihat yang baik penuh hikmah.
Anggaplah berkemugkinan orang itu jahil tentang perbuatannya.
Sebagai muhasabah diri sendiri pula, kita patut malu pada diri
sendiri yang dikurniakan oleh Allah S.W.T ilmu ini tetapi
masih juga melakukan perbuatan yang dilarang oleh-Nya.
Buruk sangka kepada orang lain atau yang dalam bahasa Arabnya
disebut su' u zhan mungkin biasa atau bahkan sering hinggap di
hati kita. Lebih parahnya, terkadang persangkaan kita tiada
mempunyai asas dan tiada alasan yang benar. Memang semata-mata
sifat kita suka curiga dan penuh sangka kepada orang lain,
lalu kita membiarkan zhan tersebut bersemayam di dalam hati.
Bahkan kita membicarakan serta menyampaikannya kepada orang
lain. Padahal su'u zhan kepada sesama kaum muslimin tanpa ada
bukti yang kukuh merupakan perkara yang terlarang.
02. Perkara yang patut kita ingat adalah tentang diri kita
iaitu perbuatan baik orang pada kita dan perbuatan jahat kita
pada orang lain. Perkara yang patut kita lupakan adalah
kebaikan kita pada orang dan kejahatan orang pada kita.
Barulah hati kita akan menjadi bersih dan terhindar daripada
sifat bangga diri dan menghargai kebaikan orang lain.
Firman Allah s.w.t. yang bermaksud :
"Sesungguhnya orang-orang yang percaya pada keterangan Kami,
ialah orang yang apabila dibaca ayat-ayat itu kepada mereka,
mereka sujud, tasbih memuji Tuhan dan mereka tidak
menyombongkan diri. Mereka meninggalkan tempat tidurnya
menyeru Tuhannya dengan perasaan penuh kecemasan dan
pengharapan dan mereka membelanjakan (di jalan kebaikan)
sebahagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka,"
(Surah as-Sajadah:15-16)
salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad S.A.W keluarga
serta para sahabat dan pengikut yang istiqamah menuruti
baginda hingga ke hari kiamat.
Sahabat yang dirahmati Allah,
Sifat buruk sangka, bangga diri, ujub dan sombong adalah
sifat-sifat mazmumah yang perlu kita jauhi. Tanpa kita
sedari bahawa apabila sifat-sifat ini telah bertapak dalam
hati kita akan menyebabkan hati kita berpenyakit dan akan
merosakkan amalan kita kepada Allah S.W.T.
Terdapat satu kisah seorang ulama sufi bernama Hassan al-Basri
dengan seorang pemuda berdua-duaan dengan seorang wanita.
Suatu hari di tepi sungai Dajlah, Hassan al-Basri melihat
seorang pemuda duduk berdua-duaan dengan seorang wanita. Di
sisi mereka terletak sebotol arak. Lalu Hassan berbisik
"Alangkah jahatnya orang itu dan alangkah baiknya kalau dia
seperti aku!"
Tiba-tiba Hassan melihat sebuah perahu di tepi sungai yang
sedang tenggelam. Lelaki yang duduk di tepi sungai tadi segera
terjun untuk menolong penumpang perahu yang hampir lemas. Enam
dari tujuh penumpang itu berjaya diselamatkan.
Kemudian dia berpaling ke arah Hassan al-Basri dan berkata,
"Jika engkau memang lebih mulia daripada saya, maka dengan nama
Allah, selamatkan seorang lagi yang belum sempat saya tolong.
Engkau diminta untuk menyelamatkan satu orang saja, sedang saya
telah menyelamatkan enam orang."
Bagaimanapun Hassan al-Basri gagal menyelamatkan yang seorang
itu. Maka lelaki itu bertanya padanya. "Tuan, sebenarnya wanita
yang duduk di samping saya ini adalah ibu saya, sedangkan botol
itu hanya berisi air biasa, bukan arak. Ini hanya untuk menguji
tuan."
Hassan al-Basri terpegun lalu berkata, "Kalau begitu,
sebagaimana engkau telah menyelamatkan enam orang tadi daripada
bahaya tenggelam ke dalam sungai, maka selamatkanlah saya
daripada tenggelam dalam kebanggaan dan kesombongan."
Orang itu menjawab, "Mudah-mudahan Allah mengabulkan
permohonan tuan."
Semenjak itu, Hassan al-Basri selalu merendahkan diri bahkan ia
menganggap dirinya sebagai makhluk yang tidak lebih daripada
orang lain.
Sahabat yang dimuliakan,
Sebagai pengajaran untuk di ambil sebagai iktibar kisah diatas,
terdapat dua cara untuk mengatasinya.
01. Jangan berburuk sangka dengan orang lain serta memandang
rendah padanya. Apabila kita melihat orang lain membuat maksiat
kepada Allah jangan menghinanya atau reda dengan perbuatannya
dan cuba mencari aibnya. Berilah nasihat yang baik penuh hikmah.
Anggaplah berkemugkinan orang itu jahil tentang perbuatannya.
Sebagai muhasabah diri sendiri pula, kita patut malu pada diri
sendiri yang dikurniakan oleh Allah S.W.T ilmu ini tetapi
masih juga melakukan perbuatan yang dilarang oleh-Nya.
Buruk sangka kepada orang lain atau yang dalam bahasa Arabnya
disebut su' u zhan mungkin biasa atau bahkan sering hinggap di
hati kita. Lebih parahnya, terkadang persangkaan kita tiada
mempunyai asas dan tiada alasan yang benar. Memang semata-mata
sifat kita suka curiga dan penuh sangka kepada orang lain,
lalu kita membiarkan zhan tersebut bersemayam di dalam hati.
Bahkan kita membicarakan serta menyampaikannya kepada orang
lain. Padahal su'u zhan kepada sesama kaum muslimin tanpa ada
bukti yang kukuh merupakan perkara yang terlarang.
02. Perkara yang patut kita ingat adalah tentang diri kita
iaitu perbuatan baik orang pada kita dan perbuatan jahat kita
pada orang lain. Perkara yang patut kita lupakan adalah
kebaikan kita pada orang dan kejahatan orang pada kita.
Barulah hati kita akan menjadi bersih dan terhindar daripada
sifat bangga diri dan menghargai kebaikan orang lain.
Firman Allah s.w.t. yang bermaksud :
"Sesungguhnya orang-orang yang percaya pada keterangan Kami,
ialah orang yang apabila dibaca ayat-ayat itu kepada mereka,
mereka sujud, tasbih memuji Tuhan dan mereka tidak
menyombongkan diri. Mereka meninggalkan tempat tidurnya
menyeru Tuhannya dengan perasaan penuh kecemasan dan
pengharapan dan mereka membelanjakan (di jalan kebaikan)
sebahagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka,"
(Surah as-Sajadah:15-16)
Bilakah Kali Terakhir Anda Menangis?
Tidak semua tangisan itu negatif dan tidak semua insan yang
menangis itu lemah.
Bilakah tangisan ini membawa erti kekuatan dan kehebatan?
1. Menangis kerana rasa cinta dan takut kepada Allah
2. Menangis kerana menginsafi kelemahan diri dan ahli keluarga
dan berusaha untuk memperbaikinya.
3. Menangis apabila melihat saudara seaqidah dizalimi dan berusaha
untuk membantu.
4. Menangis apabila melihat tatasusila umat Islam yang telah
melampau.
5. Menangis kerana berasa syukur dengan rahmat Allah yang terlalu
banyak walaupun dirinya ditimpa bencana
6. Menangis kerana menyesali dosa dan menyedari kesilapannya
7. Menangis apabila dia menemui kebenaran setelah sekian lama
hanyut di dalam kesesatan.
Tangisan-tangisan ini adalah kehebatan kerana orang yang
menitiskan air matanya kerana Allah, adalah orang yang cukup
tinggi rasa keimanan dan taqwanya seperti yang ditunjukkan
melalui sabda Rasulullah yang telah diriwayatkan oleh
Abu Hurairah r.a,
"Tidak akan masuk neraka seorang laki-laki yang menangis kerana
takut pada Allah Swt. sehingga air susu kembali masuk ke dalam
puting..." (H.R Tirmidzi)
Pada satu ketika Rasulullah saw. berkhutbah di hadapan para
sahabat, beliau bersabda," Seandainya kalian mengetahui apa
yang aku ketahui sungguh kalian akan sedikit tertawa dan
banyak menangis." Kemudian para sahabat menutup wajah mereka
dan mereka menangis. (Muttafaq 'Alaihi)
Pada suatu hari Rasulullah saw telah mendengar seorang sahabat
Baginda yang sedang membaca al Quran. Apabila sampai ke ayat
yang bermaksud:
"Maka apabila langit terbelah dan menjadi merah seperti kulit
yang merah" Surah ar Rahman – 37
Bulu roma si pembaca itu berdiri tegak dan dia menangis
tersedu-sedu sambil bertanya:"Aduh, apakah yang akan berlaku
pada diriku apabila langit terbelah? Malang sungguh nasibku ini.
" Rasulullah saw berkata kepadanya:" Tangisanmu telah menyebabkan
para malaikat menangis bersama-sama."
Jawapan yang sama telah diberikan oleh Rasulullah saw kepada
seorang Ansar yang duduk menangis selepas menunaikan
sembahyang Tahajjud.
Abdullah bin Rawahah telah menangis pada suatu hari. Isterinya
melihat keadaannya turut menangis bersama-sama, dia bertanya
kepada isterinya itu:"Mengapa kamu menangis?" Kata Abdullah:
"Apabila aku teringat yang aku terpaksa menyeberangi neraka
melalui titian sirat, aku menangis."Aku tidak tahu sama ada
aku akan berjaya menyeberanginya atau tidak."
Subhanallah, kehebatan yang terserlah dengan linangan air mata
yang membuktikan kekuatan seseorang insan.
Malah di antara tanda-tanda yang menunjukkan seseorang ini keras
hatinya ialah apabila dia sukar untuk menangis di hadapan Ilahi.
Bilakah kali terakhir daku menitiskan air mata keranaMu ya Ilahi?
menangis itu lemah.
Bilakah tangisan ini membawa erti kekuatan dan kehebatan?
1. Menangis kerana rasa cinta dan takut kepada Allah
2. Menangis kerana menginsafi kelemahan diri dan ahli keluarga
dan berusaha untuk memperbaikinya.
3. Menangis apabila melihat saudara seaqidah dizalimi dan berusaha
untuk membantu.
4. Menangis apabila melihat tatasusila umat Islam yang telah
melampau.
5. Menangis kerana berasa syukur dengan rahmat Allah yang terlalu
banyak walaupun dirinya ditimpa bencana
6. Menangis kerana menyesali dosa dan menyedari kesilapannya
7. Menangis apabila dia menemui kebenaran setelah sekian lama
hanyut di dalam kesesatan.
Tangisan-tangisan ini adalah kehebatan kerana orang yang
menitiskan air matanya kerana Allah, adalah orang yang cukup
tinggi rasa keimanan dan taqwanya seperti yang ditunjukkan
melalui sabda Rasulullah yang telah diriwayatkan oleh
Abu Hurairah r.a,
"Tidak akan masuk neraka seorang laki-laki yang menangis kerana
takut pada Allah Swt. sehingga air susu kembali masuk ke dalam
puting..." (H.R Tirmidzi)
Pada satu ketika Rasulullah saw. berkhutbah di hadapan para
sahabat, beliau bersabda," Seandainya kalian mengetahui apa
yang aku ketahui sungguh kalian akan sedikit tertawa dan
banyak menangis." Kemudian para sahabat menutup wajah mereka
dan mereka menangis. (Muttafaq 'Alaihi)
Pada suatu hari Rasulullah saw telah mendengar seorang sahabat
Baginda yang sedang membaca al Quran. Apabila sampai ke ayat
yang bermaksud:
"Maka apabila langit terbelah dan menjadi merah seperti kulit
yang merah" Surah ar Rahman – 37
Bulu roma si pembaca itu berdiri tegak dan dia menangis
tersedu-sedu sambil bertanya:"Aduh, apakah yang akan berlaku
pada diriku apabila langit terbelah? Malang sungguh nasibku ini.
" Rasulullah saw berkata kepadanya:" Tangisanmu telah menyebabkan
para malaikat menangis bersama-sama."
Jawapan yang sama telah diberikan oleh Rasulullah saw kepada
seorang Ansar yang duduk menangis selepas menunaikan
sembahyang Tahajjud.
Abdullah bin Rawahah telah menangis pada suatu hari. Isterinya
melihat keadaannya turut menangis bersama-sama, dia bertanya
kepada isterinya itu:"Mengapa kamu menangis?" Kata Abdullah:
"Apabila aku teringat yang aku terpaksa menyeberangi neraka
melalui titian sirat, aku menangis."Aku tidak tahu sama ada
aku akan berjaya menyeberanginya atau tidak."
Subhanallah, kehebatan yang terserlah dengan linangan air mata
yang membuktikan kekuatan seseorang insan.
Malah di antara tanda-tanda yang menunjukkan seseorang ini keras
hatinya ialah apabila dia sukar untuk menangis di hadapan Ilahi.
Bilakah kali terakhir daku menitiskan air mata keranaMu ya Ilahi?
Taubat Raih Kemenangan
Manusia mudah lalai dan lupa. Itu fitrah manusia. Sebab itulah
ada kalanya kita senang tergelincir sekali gus terperangkap
dengan bisikan syaitan. Akibatnya kita terjerumus di lembah
dosa seperti zina.
Namun, apabila tersedar diri telah tersalah langkah, apa salahnya
kita cepat-cepat berpatah balik. Sama seperti kita memandu
kenderaan di jalan raya. Jikalau enggan membuat 'u-turn'
selepas tersedar sudah tersalah jalan, tentu semakin jauh
kita tersasar dan bertambah banyak pula yang kita bakal rugikan.
Bagaimanapun, berpatah balik sahaja tidak cukup. Sebaliknya kita
perlu bertaubat dan 'menyuci' diri. Menurut pensyarah di Jabatan
Pengajian Al-Quran dan Sunnah, Kuliah Ilmu Wahyu dan Sains
Kemanusiaan di Universiti Islam Antarabangsa Malaysia, Dr
Nadzirah Mohd, hidayah datang dari Allah. Justeru, jikalau
tiba-tiba rasa tersedar dan terdetik untuk berubah, maka
bertaubatlah kerana Dia Maha Pengasih lagi Maha Pengampun.
Dalam surah An-Nur ayat 31 Allah ada berfirman: "Bertaubatlah
kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang beriman, mudah-
mudahan kamu mendapat kemenangan." Jelas Dr Nadzirah ayat
tersebut cukup istimewa. Ini kerana selain Dia menyeru
hamba-Nya supaya bertaubat, Allah turut meletakkan harapan
di situ.
"Pada penghujung ayat itu ada diselitkan pengharapan – dengan
harapan orang yang bertaubat itu akan beruntung dan berjaya
iaitu berjaya melawan hawa nafsu dan mengatasi segala masalah.
Tambah beruntung kalau taubat itu berpanjangan hingga ke
akhirat. Dalam ayat tersebut, Allah bukan sahaja menyuarakan
perintah-Nya supaya bertaubat, tetapi juga ada motivasi ke
arah melakukan taubat," terang beliau.
Mengulas lanjut perihal taubat, Dr Nadzirah menjelaskan sifat
taubat ada dinyatakan oleh Allah dalam kitab-Nya. Firman-Nya:
"Hai orang-orang yang beriman, taubatlah kamu kepada Allah
dengan taubat nasuha." (At-Tahrim : 8).
ada kalanya kita senang tergelincir sekali gus terperangkap
dengan bisikan syaitan. Akibatnya kita terjerumus di lembah
dosa seperti zina.
Namun, apabila tersedar diri telah tersalah langkah, apa salahnya
kita cepat-cepat berpatah balik. Sama seperti kita memandu
kenderaan di jalan raya. Jikalau enggan membuat 'u-turn'
selepas tersedar sudah tersalah jalan, tentu semakin jauh
kita tersasar dan bertambah banyak pula yang kita bakal rugikan.
Bagaimanapun, berpatah balik sahaja tidak cukup. Sebaliknya kita
perlu bertaubat dan 'menyuci' diri. Menurut pensyarah di Jabatan
Pengajian Al-Quran dan Sunnah, Kuliah Ilmu Wahyu dan Sains
Kemanusiaan di Universiti Islam Antarabangsa Malaysia, Dr
Nadzirah Mohd, hidayah datang dari Allah. Justeru, jikalau
tiba-tiba rasa tersedar dan terdetik untuk berubah, maka
bertaubatlah kerana Dia Maha Pengasih lagi Maha Pengampun.
Dalam surah An-Nur ayat 31 Allah ada berfirman: "Bertaubatlah
kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang beriman, mudah-
mudahan kamu mendapat kemenangan." Jelas Dr Nadzirah ayat
tersebut cukup istimewa. Ini kerana selain Dia menyeru
hamba-Nya supaya bertaubat, Allah turut meletakkan harapan
di situ.
"Pada penghujung ayat itu ada diselitkan pengharapan – dengan
harapan orang yang bertaubat itu akan beruntung dan berjaya
iaitu berjaya melawan hawa nafsu dan mengatasi segala masalah.
Tambah beruntung kalau taubat itu berpanjangan hingga ke
akhirat. Dalam ayat tersebut, Allah bukan sahaja menyuarakan
perintah-Nya supaya bertaubat, tetapi juga ada motivasi ke
arah melakukan taubat," terang beliau.
Mengulas lanjut perihal taubat, Dr Nadzirah menjelaskan sifat
taubat ada dinyatakan oleh Allah dalam kitab-Nya. Firman-Nya:
"Hai orang-orang yang beriman, taubatlah kamu kepada Allah
dengan taubat nasuha." (At-Tahrim : 8).
Subscribe to:
Posts (Atom)